Sudah dua tahun terakhir Sarinah bekerja di RSUD Imanuddin Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Sehari-hari, perempuan berusia 23 tahun ini bertugas sebagai petugas pembersih taman rumah sakit tersebut.
Sudah sepekan ini, RSUD Imanuddin ramai dikunjungi orang. Kedatangan mereka bukan untuk berobat, tetapi untuk melihat jenazah penumpang dan kru pesawat AirAsia QZ8501 yang dibawa ke sana. RSUD Imanuddin menjadi lokasi transit pertama bagi jenazah sebelum akhirnya mereka diterbangkan kembali ke Surabaya, Jawa Timur, untuk menjalani proses identifikasi lanjutan.
Sabtu (3/1) siang, menjadi hari yang cukup melelahkan bagi Sarinah dan rekan kerjanya, Anis Neni Yuliati (39). Tak hanya mengerjakan urusan kebun, keduanya mendapatkan tugas tambahan dari pihak rumah sakit untuk mengepel lantai dari percikan noda dan air yang menetes dari tubuh jenazah yang diangkut di rumah sakit itu.
Secara bergantian, keduanya membersihkan lorong serta salah satu sudut ruangan yang dijadikan posko tim Disaster Victim and Identification (DVI) Polri untuk mengenali jenazah-jenazah itu.
!break!Kondisi cuaca di Sabtu siang itu cukup mendung. Hal ini membuat suhu di rumah sakit lembab. Hingga pada akhirnya, sekitar pukul 11.00 WIB, delapan mobil jenazah yang mengangkut delapan kantung jenazah penumpang pesawat AirAsia tiba.
Seketika, bau tak sedap yang berasal dari tubuh jenazah itu menyeruak ke dalam hidung, manakala kantung-kantung itu dikeluarkan dari kendaraan. Dengan sigap, petugas rumah sakit dibantu PMI, anggota TNI dan Polri membawa kedelapan kantung itu ke dalam posko DVI.
Bak sebuah mobil balap, kereta dorong yang membawa kantung jenazah di atasnya melesat menyusuri lorong rumah sakit. Tak pelak, lesakan itu menimbulkan jejak yang cukup panjang. Namun, bukanlah jejak roda yang terceplak di lantai, melainkan tetesan warna kuning pekat yang berasal dari tubuh jenazah. Tetesan itu mengalir keluar melalui celah yang ada di kantung jenazah.
Delapan kantung sudah masuk ke dalam posko DVI. Namun, jejak cairan kuning pekat yang melekat dilantai tak sesedikit yang diperkirakan. Lebih parah lagi, jejak itu juga meninggalkan bau yang tak sedap seperti bau yang berasal dari kantung jenazah itu.
Setelah kedelapan kantung mendapatkan penanganan, giliran Sarinah dan Anis yang bertugas membersihkan sisa-sisa cairan yang tertinggal. Bersama dengan seorang rekannya yang lain, Anis dan Sarinah bekerja. Rekannya bertugas menyemprotkan cairan putih yang mengandung disinfectan dan cairan pemutih. Sementara Sarinah dan Anis bertugas untuk mengepelnya.
Seperti Undur-undur yang berjalan mundur, Sarinah dan kedua rekannya mengepel lantai. Seketika, lantai pun nampak bersih. Cairan kuning pekat yang semula menempel pun hilang. Namun, bau tak sedap yang ditimbulkan tak serta merta hilang.
!break!Minyak kayu putih
Usai bertugas, kami berkesempatan untuk berbincang dengan Sarinah dan Anis. Sarinah bercerita bahwa dirinya mengaku tak kuat saat mencium bau tak sedap yang ditimbulkan cairan itu.
Ibu beranak satu ini mengatakan, sudah menjadi tugas dan kewajibannya untuk membersihkan cairan tersebut. Ketika kantung jenazah pertama tiba di hari ketiga pencarian, Sarinah dan kedua rekannya telah 'menikmati' bau tak sedap yang berasal dari cairan jenazah.
"Biasanya air jenazah itu memang gitu, tapi lebih parah hari ini, lebih kuning gitu, baunya juga," ungkapnya.
Layaknya pegawai kantoran pada umumnya, Sarinah bekerja selama delapan jam dalam sehari. Selama delapan jam itu pula, ia harus membersihkan lantai berkali-kali apabila pengiriman jenazah dilakukan berkali-kali pula.
Untuk menyiasati bau tak sedap, Sarinah memiliki cara jitu. Setiap kali jenazah itu tiba, ia segera mengenakan masker yang sebelumnya telah dilumuri minyak kayu putih. Cara itu rupanya dianggap cukup ampuh untuk menekan bau tak sedap. Setidaknya, perhatian Sarinah sedikit teralihkan dari bau yang tak diinginkannya.
"Ini masker dikasih minyak kayu putih dulu. Kalau enggak nanti saya bisa muntah," tuturnya.
!break!Seperti anak sendiri
Rasa iba selalu hadir manakala jenazah tiba di rumah sakit. Anis mengatakan, membersihkan cairan jenazah ibarat menolong orang lain yang sangat membutuhkan pertolongan kita. Landasan utama yang mendasarinya yaitu saling tolong-menolong.
Ia bercerita, pernah suatu waktu ia mendapat tugas untuk merawat orang tua yang menjadi pasien rumah sakit. Orang tua itu sudah sudah cukup sepuh, untuk dapat melakukan aktivitas yang memerlukan banyak gerakan. Kondisi ini semakin parah manakala orang tua itu sudah tak memiliki keluarga lain yang dapat menolongnya.
"Waktu itu ada orang tua yang enggak ada keluarganya, buang air besar saya tolong, apalagi ini? Kita ini sama-sama manusia, hanya nasib yang membedakan kita semua," katanya.
Dari sekian jenazah yang tiba di RSUD Imanuddin, tak semuanya adalah orang dewasa. Ada sejumlah jenazah anak-anak yang berhasil ditemukan tim SAR gabungan dalam upaya pencarian ini.
Sarinah mengaku, sempat dirinya menitikkan air mata saat ada jenazah anak-anak berhasil ditemukan. Saat itu, ia kebetulan mendapatkan tugas untuk membersihkan cairan di dalam posko DVI. Ia melihat bagaimana tim DVI bekerja menyiapkan sebaik mungkin jenazah anak itu agar dapat segera teridentifikasi.
"Enggak tega aja ya ngelihatnya. Kemarin lihat jenazah anak kecil, saya seperti melihat anak saya sendiri," kisahnya.