Sanga Moses ialah seorang visioner yang terpilih sebagai salah satu National Geographic Emerging Explorer 2014.
Tumbuh di suatu desa kecil di Uganda, Sanga Moses menyaksikan sejumlah masalah pelik melilit negaranya. Setelah berhasil lulus kuliah, ia beroleh pekerjaan di sebuah bank di Kampala.
Ketika kembali ke desa masa kecilnya tahun 2009, Moses bersua adik perempuannya yang masih dua belas tahun di jalanan. "Melihat saya, ia menangis. Ia mengangkut seikat kayu di atas kepalanya. Adikku sedih sebab ia tidak bisa ke sekolah, setidaknya dua hari dalam seminggu, demi mencari kayu di hutan."
"Anak-anak di Uganda harus mengumpulkan kayu karena begitulah cara keluarganya dapat memasak," tambahnya.
Delapan dari sepuluh orang di kawasan tersebut masih mengandalkan kayu bakar untuk memasak dan menghangatkan kediaman mereka. Semakin banyak permintaan, semakin banyak hutan dirusak. Di Uganda, sekitar 70 persen hutan lindung sudah habis. Kelangkaan menjadi persoalan di depan mata.
"Edukasi telah mengubah hidupku, maka melihat adikku sendiri berada di ambang kehilangan kesempatan meningkatkan hidupnya, aku memikirkan solusi jangka panjang," kata Moses. Dan ia terinspirasi mengembangkan sumber bahan bakar alternatif.
Meski demikian, ia mengaku saat memulai ide ini, dan harus berhenti dari pekerjaannya, "Atasan bilang saya gila, ibuku mengira saya diguna-guna."!break!
Moses kembali ke Kampala menemui seorang profesor universitas.
"Saya ingat ia menyuruh saya berdiri di depan kelasnya dan mengatakan, 'Pemuda ini cukup gila untuk berpikir bahwa ia bisa membenahi masalah energi di negara ini. Hanya ia tidak tahu bagaimana melakukannya, siapa yang ingin membantu?' Semua tangan teracung ke atas."
Itu empat tahun lalu.
Bermodalkan $500, Moses membangun tungku khusus untuk mengubah limbah pertanian menjadi bahan bakar (arang).
Kini ia menjadi CEO Eco-Fuel Africa. "Kami berhasil tahu cara konversi limbah tani seperti ampas tebu, kopi, dan jagung, menjadi bahan bakar bersih untuk memasak," ujarnya. Bahan bakar ini juga lebih efisien, sehingga 65 persen lebih murah.
Sisa arangnya dimanfaatkan sebagai pupuk yang dapat meningkatkan panen 50 persen, serta menciptakan surplus untuk penjualan di pasar.
Yang terbaru, Eco-Fuel Africa juga telah sampai pada inovasi mesin pembuat briket yang beroperasi tanpa listrik; yang pendanaannya disokong National Geographic. Mesin ini bisa diterapkan di pelosok daerah perdesaan di mana listrik belum masuk.
Moses juga menginvestasikan bagian keuntungan perusahannya untuk reforestasi dengan melakukan proyek penanaman kembali 12.000 pohon. Ia mengandeng sekolah-sekolah lokal hingga sekaligus mempromosikan pendidikan lingkungan secara langsung.
"Dengan mengantarkan bahan bakar bersih ke rumah-rumah tangga, kita mampu menyudahi deforestasi, mengakhiri polusi udara dalam ruangan, membantu memberikan kehidupan lebih baik pada petani, dan pendidikan yang dibutuhkan bagi anak," kata Moses.
"Saya melihat diriku sebagai seorang laki-laki biasa yang mencoba membuat komunitas tempatnya hidup sehari-hari menjadi lebih baik," simpulnya.