Perputaran Bintang Bisa Dipakai Menetapkan Umurnya

By , Rabu, 7 Januari 2015 | 13:10 WIB

Tetapi ternyata sangat sulit untuk melihat perputaran bintang. Para astronom menggunakan bintik matahari, namun itu hanya meredupkan cahayanya kurang dari 1 persen. Bintang yang lebih tua lebih susah dilihat karena mereka memiliki bintik yang lebih kecil dan jarang.

Tim Dr. Meibom menggunakan gambar dari teleskop ruang angkasa untuk mengukur kecepatan putar 30 bintang di gugusan yang diketahui berumur 2,5 miliar tahun.

Kelompok bintang yang bernama NGC 6819 ini menjawab pertanyaan yang Dr. Meilbom sebut sebagai “kesenjangan empat miliar tahun”!break!

Suar Matahari pada 31 Desember 2012, di malam pergantian tahun ke 2013. Momen ini ditangkap Solar Dynamics Observatory (SDO) NASA. (Dok.SDO)

Penelitian setengah jadi

Sebelum misi Kepler, kita hanya memiliki data dari bintang yang sangat dingin yang berada pada gugusan yang sangat muda, semua berusia kurang dari 0,6 miliar tahun dan semua berputar cukup cepat (sekitar sekali seminggu).

Pada 2011, tim Dr. Meibom menggunakan foto-foto tangkapan Kepler untuk melaporkan gugusan yang berbeda, yaitu NGC 6811 yang usianya satu miliar tahun. Bintang dingin dalam gugusan tersebut sekitar sekali setiap 10 hari.

Selain dari itu, satu-satunya bintang yang kita tahu usianya dan masa berputarnya hanyalah Matahari, yang berusia 4,6 miliar tahun dengan masa berputar 26 hari.

“Jadi perhitungan masa berputar bintang dingin harus ditahan sementara,” kata Dr. Meibom ketika itu.

Sekarang, adanya gugusan ini menjawab celah pengetahuan astronomi mengenai usia bintang. Bintang-bintang di gugusan baru tersebut terlihat memuaskan dan berputar setiap 18 hari.

“Data dan observasi baru ini menunjukkan kepastian,” kata Dr. Meibom. “Kami dapat menghitung usia dengan akurasi 10 persen dengan metode ini.”

Ia juga menambahkan bahwa ini adalah peningkatan yang tinggi dibandingkan metode lainnya yang memiliki batas kesalahan hingga 100 persen.

Ruth Angus, mahasiswi program doktoral yang sedang meneliti gyrochronology di University of Oxford, mengatakan bahwa hasil penelitian ini merupakan “hal yang besar”untuk bidang tersebut.

"Makin banyak bukti telah menunjukkan bahwa semua bintang tampaknya mengikuti pola ini, namun kepastian bahwa semua bintang bersifat sama belum ada," kata Angus.

"Gugusan ini tentu akan membantu pemahaman kita mengenai keunggulan gyrochronology adalah sebagai metode yang valid.”

"Hal ini menunjukkan bahwa bintang-bintang tersebut hanya melakukan apa yang diharapkan dari mereka, dan itu sangat bagus."