Memulihkan Lagi Suasana Hangat di Pasar Seni...

By , Kamis, 8 Januari 2015 | 16:41 WIB

Tahun 1980-1995, Pasar Seni Ancol pernah menjadi tempat pertemuan hangat antara para pekerja seni, perajin, dan para penikmatnya. Kala itu, di sinilah para pengunjung dan keluarga mereka mudah memilih tempat makan dengan beragam pilihan menu Nusantara. Sepanjang hari, keramaian di sana seperti tak pernah berhenti.

Pelukis Imam Subekti (60) menggambarkan, pada era itu Pasar Seni Ancol lebih mirip taman budaya sesungguhnya meski diwarnai kegiatan komersial. Semua pemangku kepentingan bak memiliki rasa memiliki tempat ini. Hal ini juga diakui oleh mantan Direktur Pasar Seni Ancol (2006-2014) Bogang Suharno (56).

Acara pementasan di panggung terbuka hampir tak pernah sepi pementasan. Mulai dari musik jazz, pop, rock, wayang kulit, wayang golek, sampai pementasan untuk anak-anak.

”Pada era 80-95-an itu pasar seni hampir tak pernah tidur. Sehari saya bisa mendapat 25 pengunjung yang minta dilukis,” kata Imam yang kini menyewa kios di Blok C nomor 57, Rabu (7/1) siang. Kala itu pelukis yang tinggal di pasar seni sejak tahun 1985 membanderol jasa lukisan pastel berukuran 40 cm x 50 cm seharga Rp 150.000.

Menurut pengamatan Kompas, pada era tersebut masih ada kelompok pemain musik keroncong, dan kelompok pemain musik Jawa (sinden yang menyanyi diiringi suara kecapi, gender, dan kendang) yang berkeliling mengamen tanpa memungut bayaran. Mereka beraksi pada malam hari.

”Dulu beberapa kios seni rupa di sini jadi tempat berkumpul para seniman jalanan sampai seniman Taman Izmail Marzuki (TIM). Karier almarhum Mbah Surip bermula dari sini. Saya sendiri yang membuat dia tampil dengan rambut timbalnya tahun 1995,” tutur Imam.

Hal senada disampaikan Sukarno Purboasmoro (54), yang membuka warung makan di salah satu sudut pasar seni. Sebelum mampu menyewa kios, ia adalah pedagang makanan keliling sejak 1976.

Hampir semua seniman top kala itu, seperti anggota Srimulat, pemain band Koes Plus, dan Panbers pernah mencicipi sajian makanan keliling Sukarno sambil duduk lesehan berbaur dengan pengunjung lain,” ujar Sukarno.

Menurut dia, suasana hangat di antara para pemangku kepentingan di Ancol mulai memudar pada awal 2000. ”Bukan cuma keakraban yang turun, tetapi juga makin jarangnya pertunjukan panggung yang ada di arena terbuka,” ujar Sukarno.

Pasar Seni Ancol kembali menggelar festival seni dan budaya Night Art Market pada 30-31 Mei 2014 pukul 18.00-23.00 di Pasar Seni Ancol. Pada kesempatan kali ini Pasar Seni Ancol berkolaborasi dengan Kedutaan Besar dari Visegrad Group di Indonesia, yaitu Ceko, Hongaria, Polandia, dan Slowakia.

”From The Heart Of Europe” diusung untuk menjadi tema acara karena lokasi keempat negara tersebut yang berdekatan dan terletak di jantung Eropa. Pada Night Art Market Pasar Seni Ancol, keempat negara itu menampilkan dan memamerkan berbagai bentuk pertunjukan seni dan kebudayaan yang sangat menarik.

Digagas Ali SadikinPembangunan Pasar Seni Ancol digagas oleh Gubernur DKI Ali Sadikin yang meletakkan batu pertama pembangunan pada Juli 1977. Tanggal 17 Desember 1977, pasar seni diresmikan oleh Gubernur DKI Cokropranolo.

Di atas tanah seluas 5,25 hektar berdiri 210 kios bagi para pekerja seni dan perajin.