Tinggalkan Cara Tradisional dengan Hortikultura

By , Minggu, 11 Januari 2015 | 11:00 WIB

Riswanto mengatakan, petani di Boven Digoel itu mendapatkan keuntungkan besar karena tak mengeluarkan banyak biaya untuk membeli benih tanaman. “Kami menjal produk pupuk buatan petani pula. Kompos 5 kilogram dihargai Rp30.000. Kami menjual pupuk cair dalam botol berukuran 240 mililiter seharga Rp20.000. Hasil penjualan pupuk dipakai untuk membeli benih tanaman bagi petani,” paparnya.!break!

Lahan pekerjaanMenurut analis komunikasi UNDP, Tomi Soetjiptom sesuai dengan data Badan Pusat Statistik pada Maret 2014, angka kemiskinan di Papua mencapai 30,1 persen dari total penduduknya. Penyebab utamanya adalah warga tak memiliki akses untuk memiliki pekerjaan yang mendatangkan penghasilan tetap.

“Hal ini mendorong kami untuk mengembangkan program kemandirian masyarakat yang lebih menitikberatkan pada peningkatan kemampuan sumber daya manusia. Upaya itu selama ini dilupakan oleh pemerintah daerah setempat,” papar Toni.

Ia mengatakan, warga tak hanya mendapatkan pelatihan tentang cara bercocok tanam hortikulturam tetapi juga diberikan akses untuk mendapatkan modal pinjaman dari koperasi. Sebanyak 60 ibu di Kampung Persatuan dan Sukango mendapatkan pinjaman Rp 2 juta untuk mengembangkan usaha hortikultura dari Credit Union.

Pola pertanian hortikultura di tiga kampung itu secara organik diharapkan dapat menginspirasi warga lain yang tersebar di 20 distrik di Boven Digoel. Bupati Boven Digoel Yesaya Merasi sangat mendukung kegiatan itu.