Air Terjun Kuta Malaka, Keindahan di Balik Gugus Bukit Barisan

By , Senin, 12 Januari 2015 | 19:13 WIB

Banyak sampah plastik bekas makanan dan botol sisa minuman berserakan di pinggiran telaga air terjun. ”Sampah-sampah ini mengurangi kenyamanan orang yang ingin berenang atau duduk di pinggiran air terjun,” ucap Rais (18), mahasiswa pada Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Upaya pengembanganAir Terjun Kuta Malaka mulai dilirik wisatawan setelah perundingan damai antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintah Republik Indonesia tahun 2005. Sebelumnya, lokasi itu terisolasi karena menjadi markas GAM. Sering terjadi baku tembak antara GAM dan TNI di lokasi itu.

Seiring kondusifnya lokasi di sana, wisata Air Terjun Kuta Malaka mulai dilirik wisatawan lokal dan luar Aceh. Berdasarkan data penjaga pintu masuk, jumlah pengunjung ke air terjun itu rata-rata 20 orang per hari pada hari kerja dan melonjak 100-200 orang per hari pada hari libur atau akhir pekan.

Pengembangan Air Terjun Kuta Malaka terkendala infrastruktur penunjang yang masih sangat minim, seperti jalan, penerangan jalan, toilet atau tempat wisatawan berganti pakaian, dan kafetaria. Selain itu, promosi juga masih minim.

Menanggapi itu, pemerintah setempat terus berupaya mengembangkan kawasan Air Terjun Kuta Malaka. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Aceh Besar bekerja sama dengan dinas lain berusaha membangun tangga masuk dan batas wilayah hutan di lokasi air terjun itu.

”Kami juga mengajak pihak swasta untuk membangun jalan aspal dari Samahani menuju lokasi air terjun ini,” kata Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Aceh Besar Muhammad Ali. Proyek itu ditargetkan selesai akhir 2015. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Reza Fahlevi mengatakan, pengembangan sektor pariwisata memang sangat membutuhkan dukungan banyak pihak.