Menurut dia, Tan Ek Tjoan tetap roti jadul yang padat, tidak seperti roti modern yang sering kali kempes jika digigit.
Hal serupa disampaikan Sani (35). Warga Sunter ini juga menyambangi Tan Ek Tjoan untuk mendapatkan roti cokelat oles kesukaannya. ”Setiap Sabtu, pasti ke sini,” katanya.
Tobiin mengatakan, adonan dasar setiap potong roti Tan Ek Tjoan dipertahankan 90 gram atau lebih banyak dibandingkan rata-rata adonan roti modern, yakni 40-50 gram. ”Jadinya pori-pori roti lebih rapat,” katanya.
Ada pula penggemar yang khawatir dengan nasib toko ini. ”Kalau tidak berubah, mungkin Tan Ek Tjoan bisa hilang karena kalah dengan toko kue lain,” kata Wulan, warga Cijantung.
Sayangnya, toko ini berpeluang tutup karena ada rencana pembangunan apartemen di kawasan ini. ”Tanah di sekitar toko sudah dibeli pengembang. Termasuk juga toko ini. Kami segera memindahkan pabrik pembuatan roti ke Ciputat. Toko juga mungkin pindah, tetapi di sekitar sini,” kata Tobiin.
Meskipun bangunan toko sudah berdiri sejak 1920-an, hingga kini belum berstatus benda bersejarah yang harus dilestarikan.
Akibatnya, peluang untuk mengalihfungsikan bangunan ini sangat terbuka lebar. Kalau ini terjadi, sepotong memori dinamika Kota Jakarta pun sirna.