Nationalgeographic.co.id—Selama berabad-abad, para gembala dari desa kecil Aas di Pyrenees Prancis membawa domba dan sapi ke padang rumput. Ini biasanya berlangsung selama berbulan-bulan. Untuk mengurangi kesunyian, mereka berkomunikasi satu sama lain atau dengan penduduk desa yang berada di bawah pegunungan. Komunikasi ini dilakukan dalam bentuk siulan dengan dialek Gascon local. Siulan ini dapat terdengar hingga jarak 10 km.
Mereka berkomunikasi dalam kalimat sederhana seperti “Jam berapa?”, “Datang dan makan”, “Bawa domba pulang”. Sayangnya, bahasa siul yang digunakan di desa Aas ini baru diketahui oleh orang luar sekitar pertengahan tahun abad ke-20. Tepat ketika bahasa siul Aas sedang sekarat di bibir pengguna terakhirnya.
Dari sekitar 80 bahasa siul yang terdata, kira-kira setengahnya telah direkam atau dipelajari. Julien Meyer, ahli bahasa dan bioakustik dari Universitas Grenoble Alpes di Prancis mengatakan kemungkinan ada bahasa lain yang masih ada. Namun tidak tercatat atau punah sebelum orang luar mempelajarinya.