Astronom Temukan 'Protocluster' Galaksi yang Sedang Berkembang

By Wawan Setiawan, Minggu, 31 Oktober 2021 | 12:00 WIB
Sebuah ‘galangan kapal’ dari protocluster di galaksi 11 miliar tahun cahaya di luar Bumi telah ditemukan oleh para astronom melalui bantuan Teleskop Luar Angkasa Planck ESA. Para peneliti, di sisi lain, bekerja sama dengan NASA tentang temuannya. (AFP/Getty Images)

Nationalgeographic.co.id - Bahkan galaksi pun tidak suka sendirian. Ibarat kata, mereka ingin bersosialisasi dan berkelompok seperti manusia.

Sebuah tim astronom internasional belum lama ini telah menemukan ‘galangan kapal galaksi’ yaitu sebuah struktur yang dianggap sebagai "protocluster" galaksi dalam perjalanannya untuk berkembang menjadi supercluster galaksi. Temuan ini terletak hampir 11 miliar tahun cahaya dari Bumi.

Melansir Tech Explorist, Brenda Frye, seorang profesor astronomi di Steward Observatory University of Arizona, mengatakan, “Kami masih tahu sedikit tentang protocluster, sebagian karena mereka sangat redup, terlalu redup untuk dideteksi oleh cahaya optik. Namun, pada saat yang sama, mereka diketahui memancar terang dalam panjang gelombang lain seperti sub-milimeter.”

Kelompok objek yang ditemukan ini tampaknya merupakan akumulasi galaksi yang muncul. Dengan adanya temuan ini dapat menawarkan pemahaman rinci tentang perakitan gugus galaksi, struktur paling masif di alam semesta. Hasil studi dari temuan ini sudah dipublikasikan dalam jurnal Astronomy & Astrophysics pada 26 Oktober 2021 yang berjudul Spectroscopic observations of PHz G237.01+42.50: A galaxy protocluster at z = 2.16 in the Cosmos field. Studi tersebut menunjukkan protocluster di wilayah inframerah jauh dari spektrum elektromagnetik.

Awal mula temuan protocluster ini berhasil dideteksi oleh teleskop Planck Badan Antariksa Eropa saat melakukan survei dari semua bagian langit. Ketika sejumlah 2.000 struktur sampel diamati, struktur tersebut diduga sedang dalam proses menjadi gugus. Pada saat itulah, para astronom menemukan protocluster yang disebut PHz G237.01+42.50, atau G237.

Baca Juga: Apakah yang Terjadi Ketika Ada Dua Galaksi yang Saling Melintasi?

Beberapa instrumen bergabung untuk menghasilkan gambar protocluster G237 ini, mengidentifikasi galaksi-galaksinya dalam warna berbeda yang mewakili panjang gelombang pengamatan yang berbeda. Gambar di sebelah kanan memperbesar wilayah tengah (ESA/Herschel and XMM-Newton; NASA/Spitzer; NAOJ/Subaru; Large Binocular Telescope; ESO/VISTA. Pollet)

“Anda dapat memikirkan protocluster galaksi seperti G237 sebagai galangan kapal galaksi di mana galaksi-galaksi besar sedang berkumpul, hanya struktur ini yang ada pada saat alam semesta berusia 3 miliar tahun. Pada saat yang sama, silsilah mungkin lebih dekat dari yang Anda kira. Karena alam semesta homogen dan sama ke segala arah, kami berpikir bahwa Bimasakti mungkin telah berlabuh di simpul protocluster yang mirip dengan G237 ketika masih sangat muda,” tutur Frye.

Pengamatan lebih lanjut sangat diperlukan untuk mengonfirmasi identitasnya. Menggunakan kekuatan gabungan Large Binocular Telescope di Arizona dan Teleskop Subaru di Jepang, tim mengamati 63 galaksi milik protocluster G237.

Dalam pengamatan ini, terungkap bahwa pembentukan bintang di G237 sangat tidak realistis pada tingkat 10.000 kali lipat dari Bimasakti. Dengan kecepatan seperti itu, protocluster akan menghabiskan bahan bakar bintangnya dengan cepat dan kemudian menetap menjadi sistem kompleks yang mirip dengan supercluster Virgo.

“Masing-masing dari 63 galaksi yang ditemukan sejauh ini di G237 seperti pabrik bintang yang sedang melaju kencang. Seolah-olah galaksi bekerja lembur untuk bintang-bintang yang berkumpul. Tingkat produksi tidak berkelanjutan. Pada kecepatan seperti itu, rantai pasokan diperkirakan akan segera putus, dan dengan cara yang secara permanen menutup galangan kapal galaksi,” ucap Frye.

Kemudian, tim menemukan bahwa sebagian dari apa yang dilihatnya berasal dari galaksi yang tidak terkait dengan protocluster. Namun, bahkan setelah pengamatan yang tidak relevan dihilangkan, tingkat pembentukan bintang total tetap tinggi, setidaknya 1.000 massa matahari per tahun, menurut Mari Polletta dari Nasional Institute for Astrophysics di Milan, Italia. Sebagai perbandingan, Bimasakti sendiri dapat menghasilkan sekitar satu massa matahari setiap tahunnya.