Ziarah ke Pulau-Pulau Tenggelam (1)

By , Rabu, 21 Januari 2015 | 20:00 WIB

Perjalanan ziarah ini membuka mata saya lebar-lebar akan ancaman perubahan iklim. Azwardin menceritakan bagaimana overfishing mencelakai nelayan-nelayan lokal.

“Pencurian ikan terus terjadi di wilayah Kepulauan Banyak, Kabupaten Aceh Singkil. Overfishing mengancam kemampuan laut dalam memproduksi hasil laut. Nelayan kecil harus mencari sumber pendapatan lain. Hasil laut adalah satu-satunya sumber yang mereka pahami,” jelasnya.

Saya bertemu Salman di Pulau Teluk Nibung di sebuah pondok menjorok ke laut.Lantainya dari kayu. Atap sengnya sudah banyak yang bocor. Pulau Teluk Nibung hanya sejam perjalanan laut dari Pulau Balai.

Tungku berapi dari kayu bakar sudah dinyalakan Salman sejak pagi. Di atasnya, Salman menaruh drum dari logam yang selalu mendidihkan air. Bau amis menguar ketika dia mulai mengaduk drum itu. Dia mengolah teripang. “Harga lumayan bagus. Per kilonya beragam. Ada yang bisa dijual 50 hingga 300 ribu rupiah,” kata pria 42 tahun ini.

Sambil menunggu, Salman membeli teripang yang dibawa nelayan ke pondoknya.Tawar-menawar harga terjadi. Dia mengeluarkan uang 100 ribu rupiah, membayarkan kepada nelayan yang membawa teripang itu.

Salman memasukkan teripang segar itu kedalam kotak kedap yang sudah diisi es untuk mengawetkan.  Dia membuka kotak itu, lagi-lagi bau amis menguar lebih kencang. Beberapa orang yang ada di sekelilingnya membuang ludah.

Teripang, menurutnya, dijual dalam bentuk setengah matang. Setelah direbus selama tiga jam, teripang kemudian diasapi hingga bau amisnya hilang.

“Tidak semua teripang dapat masuk ke drum perebusan, harus disimpan dulu. Kalau sudah mengkerut setelah direbus dan diasapi, teripang dari dalam kotak ini baru dapat diolah.

Jenis-jenis teripang yang diolah di antaranya teripang gajah, teripang kucing, teripang gonjong, teripang bakau, teripang babi, teripang subadak, teripang asan asan dan teripang bintang,” jelasnya.

Teripang gajah, lanjut Salman, merupakan jenis yang paling banyak di cari karena harganya mahal. Salman mengumpulkan jenis ini dari para pencari teripang di sekitar Pulau Teluk Nibung.

“Ada juga yang singgah ke sini setelah mendapat teripang dari beberapa pulau lainnya. Pulau-pulau di sini banyak menyimpan kekayaan laut,” imbuhnya.

Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Abulyatama (UNAYA) Aceh, Elfa Yeni, mengatakan teripang merupakan istilah untuk hewan tanpa tulang belakang yang dapat dimakan.

Teripang, lanjut Elfa, merupakan bagian dari keluarga timun laut.