Inilah Bocoran Data yang Mengungkap Waktu Jatuh QZ8501

By , Kamis, 22 Januari 2015 | 09:59 WIB

Pesawat Airbus A320 milik maskapai Indonesia AirAsia yang jatuh pada Minggu (28/12) di Laut Jawa disebut memiliki perilaku yang di luar kewajaran pesawat penumpang pada umumnya.

Hal tersebut terungkap dari bocoran data ADS-B (automatic dependent surveillance-broadcast) yang didapat KompasTekno pada minggu-minggu awal setelah pesawat dengan nomor penerbangan QZ8501 itu dinyatakan hilang saat menempuh rute Surabaya-Singapura.

Foto dengan resolusi rendah yang didapat KompasTekno tersebut menunjukkan rekaman data ADS-B dari QZ8501. Di dalam rekaman foto tersebut, terdapat informasi seperti nomor penerbangan, waktu (dalam standar UTC), posisi lintang dan bujur, ketinggian pesawat, kecepatan dan sebagainya.

Seorang sumber yang menolak untuk disebut namanya mengatakan bahwa foto data ADS-B tersebut memang benar dari PK-AXC, Airbus A320 yang melayani rute Surabaya-Singapura pada Minggu (28/12).

Bocoran data ADS-B milik QZ8501. (Ist)

Dari data ADS-B tersebut, beberapa fakta terungkap tentang perilaku pesawat sesaat sebelum hilang dari pantauan radar. QZ8501 terpantau sedang berada di ketinggian 24.025 kaki dengan kecepatan ground speed 64 knots, dan vertical speed - 11.518,75 kaki per menit.

Ground speed adalah kecepatan yang dihitung berdasar posisi pesawat dari satu titik di atas permukaan bumi ke titik lainnya, atau berdasar data GPS.

Angka negatif dalam nilai vertical speed menunjukkan bahwa pesawat sedang kehilangan ketinggian. Kecepatan penurunan ketinggian dengan nilai 11 ribu kaki per menit tersebut dianggap tidak wajar oleh beberapa pengamat penerbangan, terlebih jika melihat ground speed yang kecil, sekitar 60 knots, sementara airspeed pesawat tidak terbaca.

!break!

Kegagalan struktur?

"Susah untuk dibayangkan bagaimana perilaku pesawat saat itu, di luar kewajaran," ujar pengamat penerbangan Gerry Soejatman saat dijumpai, Minggu (1/1).

Menurut Gerry, dengan kecepatan jatuh vertikal 11.000 kaki per menit, dan percepatan hingga 24.000 kaki per menit, sementara ground speed hanya 60 knots, pesawat seolah seperti jatuh vertikal begitu saja.

Hal itu menjelaskan kenapa serpihan pesawat ditemukan hanya 10 kilometer dari lokasi hilang kontaknya di radar.

Gerry membandingkan perilaku A320 milik Indonesia AirAsia yang jatuh tersebut dengan A330 milik Air France penerbangan 447 yang jatuh di samudera Atlantik pada Juni 2009.