Zona Jelajah Harimau Sumatra Dalam Ancaman

By , Kamis, 22 Januari 2015 | 18:47 WIB

Zona jelajah harimau sumatra mencakup area konsensi perusahaan hutan tanaman industri.

Oleh karena itu, perusahaan perlu dilibatkan dalam membentuk koridor satwa bagi pelestarian satwa terancam punah ini.

Pelibatan perusahaan dalam menciptakan zona jelajah yang aman bagi harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae) tersebut dilakukan di Sumatra Selatan dalam program Setapak.

Program yang fokus pada peningkatan tata kelola hutan dan lahan itu dilakukan Yayasan Asia (The Asia Foundation) dengan dukungan Unit Perubahan Iklim Kerajaan Inggris (United Kingdom Climate Change Unit).

"Dua perusahaan besar yang punya kawasan luas di sana menyatakan komitmen dalam upaya pelestarian itu, meliputi pengawasan, pendidikan saat berpapasan dengan satwa liar, dan juga menciptakan lanskap untuk satwa liar," kata Deputi Duta Besar (Deputy Ambassador) Kedutaan Besar Inggris Rebecca Razavi di Palembang, Sumatra Selatan, Rabu (21/1).

Melalui kerja sama tersebut, keberadaan kawasan konsensi perusahaan kehutanan diharapkan tidak menjadi tambahan ancaman bagi populasi satwa liar.

Pembentukan koridor satwa di Sumsel itu meliputi setidaknya 70.000 hektare kawasan konsensi perusahaan hutan tanaman industri di Sumsel, mulai dari perbatasan Hutan Dangku hingga Taman Nasional Sembilang.

Kawasan tersebut termasuk dalam zona jelajah harimau sumatra yang sangat dibutuhkan satwa itu untuk bertahan hidup. Saat ini, di Sumsel baru teridentifikasi tujuh harimau sumatra yang terekam dalam kamera di Hutan Dangku dan Taman Nasional Sembilang.

Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) adalah satu dari enam subspesies harimau yang masih bertahan hidup dan termasuk satwa yang terancam punah, jumlah populasinya di alam bebas tersisa sekitar 400 ekor. (Ilustrasi, Thinkstockphotos)

Manajer Zoological London Society Indonesia Laura D'arcy mengatakan, saat ini jumlah harimau sumatera tersisa diperkirakan 400 hingga 450 ekor di Pulau Sumatra dan sekitar 3.000 ekor harimau di seluruh Asia.

Keberadaannya kian terancam seiring masih adanya pemburuan, hutan yang kian gundul, dan meningkatnya konflik dengan masyarakat.

"Harimau punah di Jawa dan di Bali. Oleh karena itu, penting sekali melestarikan yang tersisa di Sumatra ini," katanya.

Tutupan hutan yang tersisa

Program Setapak dilaksanakan di tiga kabupaten di Sumsel, yaitu Musi Banyuasin, Muara Enim, dan Ogan Komering Ilir. Ketiga kabupaten itu dinilai masih punya tutupan hutan baik berskala cukup luas.