Bahaya Jika Diet Terlalu Keras

By , Jumat, 23 Januari 2015 | 06:17 WIB

Hampir di banyak negara, tubuh langsing masih jadi salah satu ukuran kecantikan perempuan. Meski begitu, sebaiknya Anda berpikir seribu kali sebelum melakukan program diet yang terlalu keras karena kesehatan dan kesempatan untuk hamil bakal menjadi taruhannya.

Beberapa waktu lalu, Chantelle Houghton, yang menciptakan reality show Celebrity Big Brother, mengaku bahwa pada usianya yang baru 27 tahun ia sudah divonis tidak bisa punya anak oleh dokter karena kebiasaannya melakukan diet ketat.

"Karena obsesi pada makanan dan diet ketat ketika saya menderita bulimia, saya kehilangan kesempatan untuk memiliki bayi secara alami," katanya dalam sebuah wawancara majalah.

Menurut sebuah penelitian, diperkirakan 1,6 juta orang di Inggris Raya menderita gangguan pola makan, terutama adalah bulimia. Semasa hidupnya, Putri Diana merupakan salah satu penderita bulimia.

Mereka yang menderita bulimia biasanya tidak bisa menahan nafsu makannya, tetapi selalu mengeluarkan kembali makanan yang diasupnya, baik lewat obat pencahar ataupun memuntahkannya. Orang yang bulimia tidak selalu terlihat kurus.

Sementara mereka yang menderita anoreksia biasanya indeks massa tubuhnya kurang dari 17,5, tetapi tetap menolak untuk makan dan cenderung berolahraga secara berlebihan.

"Tanda bahaya gangguan pada kesuburan perempuan yang diet ketat adalah ketika menstruasi berhenti," kata Dr Marie Wren, Deputi Direktur Medik Lister Fertility Clinic di London.

Ia menjelaskan, bagian hipotalamus di otak yang mengendalikan pengeluaran hormon dari kelenjar pituitari yang mengatur siklus haid akan merangsang ovarium memproduksi sel telur. Namun, saat seorang wanita kehilangan berat badannya secara ekstrem, proses tersebut berhenti.

"Hal ini adalah cara tubuh mempertahankan sumber yang ada. Jika seorang wanita menstruasi, tubuhnya akan kehilangan zat besi, padahal input-nya hanya sedikit. Karena itu, tubuh mempertahankannya dengan cara menghentikan haid," paparnya.

Selain karena gangguan makan, diet yo-yo juga bisa memicu gangguan menstruasi. "Jika berat badan gampang naik dan turun, tubuh akan mengira itu adalah stres sehingga terjadi perubahan mekanisme ovulasi," kata Amanda Tozer, konsultan reproduksi.

Bila berat badan yang berkurang hanya beberapa kilogram, tubuh akan baik-baik saja. Tetapi jika perubahannya ekstrem, baik naik maupun turunnya, gangguan haid bisa terjadi.

Diet yang terlalu ketat juga akan membuat tubuh kekurangan nutrisi sehingga tubuh tidak bisa berfungsi secara normal dan hal ini berdampak pada fungsi reproduksi.

Sayangnya, menurut Wren, efek tersebut bisa berdampak jangka panjang. Sekitar 20 persen perempuan yang terlalu kurus mengatakan, siklus menstruasi mereka tidak kembali normal, bahkan saat berat badan mereka sudah ideal.

"Ada beberapa pasien anoreksia yang saya tangani yang kini berat badannya sudah normal, tetapi sistem di hipotalamus di otak belum bekerja kembali," kata Wren. Untuk itu, biasanya dokter akan mencoba memancing proses ovulasi dengan obat-obatan.

Ia menambahkan, bukan cuma wanita kurus yang kesuburannya terganggu, melainkan pria juga. "Pria yang terlalu kurus biasanya kualitas spermanya buruk karena ia kekurangan nutrisi," ungkapnya.

Walau diet berlebih tidak disarankan, ternyata kegemukan juga jadi masalah untuk kehamilan karena lemak berlebih juga memengaruhi keseimbangan hormon.

Menurut Tozer, mereka yang indeks massa tubuhnya di atas 30 peluangnya untuk hamil sama seperti orang yang underweight. "Wanita yang obesitas cenderung menderita polyscystic ovary syndrome (POS) yang berdampak pada sulit hamil," katanya.