Revolusi Mental Dalam Lingkungan Hidup

By , Senin, 26 Januari 2015 | 18:34 WIB

Selain membawa anak tur menanam 1.000 pohon atau membuat kompos, mereka juga sudah terbiasa membawa kantung sendiri saat berbelanja karena gaya hidup. Mereka terbiasa naik kendaraan umum, hemat air karena memang sudah menjadi gaya hidup sehari-hari. Mereka otomatis mematikan listrik bukan karena perintah atau ancaman tapi karena kesadaran penuh yang ditularkan orangtua dan gurunya.!break!

Dengan demikian, anak muda akan belajar bahwa buku teks dan gaya hidup sudah selaras. Tidak ada hal yang kontradiktif atau saling bertentangan yang memusingkan otak dan menimbulkan pertanyaan.

Mereka akan belajar bahwa lingkungan hidup bukan hanya sekedar event membawa pot atau menanam 1.000 pohon tapi juga menjadi gaya hidup sehari-hari atau otomatis.

Pemilihan pendingin udara perlu didasarkan pada faktor hemat energi dan teknologi yang digunakan adalah ramah lingkungan (Melo/Ideaonline.co.id)

Setelah beranjak dewasa, para pengusaha muda yang sudah sadar lingkungan ini tidak perlu lagi diperintah untuk tidak membuang limbah berbahaya langsung ke sungai atau laut.

Kaum profesional muda seperti arsitek tak perlu lagi diperintah untuk membangun rumah hemat energi. Dengan kesadaran penuh, mereka sudah otomatis akan memasukkan unsur lingkungan hidup sebagai unsur penting dalam perencanaannya.

Tentu saja ini adalah sebuah situasi yang sangat ideal. Tapi situasi ideal ini bukan tak mungkin tercapai jika kita memulainya jauh-jauh hari, sedini mungkin.

Prosesnya mungkin lama tapi paling tidak sudah kita mulai, sama seperti pemberlakuan aturan penggunaan sabuk pengaman berkendara yang mungkin awalnya berat. Namun akhirnya menyadarkan masyarakat.

Dengan demikian, kita berharap masyarakat bukan hanya baru sibuk bekerja saat dampak perubahan iklim sudah semakin nyata terjadi (kuratif), tapi juga semakin siap mempersiapkan diri dan bahkan melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah timbulnya dampak buruk perubahan iklim (preventif). Bagaimanapun, mencegah lebih baik daripada mengobati. Mencegah jauh lebih murah daripada mengobati. Di sinilah pendidikan mengambil peran pentingnya.

* Agus Supangat, Koordinator Divisi Peningkatan Kapasitas, Penelitian dan Pengembangan Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI).