Berawal dari anak dan keluarga, perempuan berambut pendek ini membuat berbagai macam kue dari pangan lokal. Dia melihat banyaknya di toko-toko kue menggunakan pewarna kimia membuatnya tak ingin membeli kue-kue itu lagi dan memilih membuat sendiri.
Tidak hanya itu saja, dia prihatin dengan generasi muda yang semakin tidak kenal dengan sumber pangan lokal, juga dia peduli dengan anak-anak yang menderita penyakit degenratif dan autis. Dia mulai belajar tentang beragam sumber pangan lokal dan potensi pengembangannya. Kemudian di tahun 2004, dia menyulap rumahnya menjadi workshop pembuatan kue.
“Padahal alam sudah menyiapkan pewarna alami yang luar biasa,” ujar Ambarwati Esti pemilik CV Arum Ayu. Ambar tak pernah berpikir untuk memulai berbisnis, setelah tahu passionnya membuat berbagai kue Ambar pun sadar untuk memulai bisnis.
Perbedaan mendasar dari makanan yang dibuat oleh ibu dua anak itu adalah bahan bakunya. Jika pada umumnya rainbow cake, cake gulung, risoles, atau bakpao menggunakan tepung gandum, maka makanan buatan CV Arum Ayu justru menggunakan tepung dari sumber pangan lokal, seperti singkong, ganyong garut, sukun atau yang lain. Kreativitas membawa pangan lokal tidak hanya berwujud singkog atau ubi rebus tetapi justru tampil menjadi panganan modern.
Pada tahun 2007, Ambar mulai dengan panggilan hatinya yaitu berbagi ilmu dan pengetahuan soal kue-kue dengan bahan baku sumber pangan lokal itu. Bermula dari mengajarkan ibu-ibu di sekitar rumahnya, kini Ambar sudah diminta untuk menjadi pengajar di seluruh Indonesia.
“Saya mendampingi ibu-ibu dengan mengingatkan kembali bahwa kita dianugrahi alam yang luar biasa oleh Tuhan tapi belum dimanfaatkan secara maksimal,” ujar Ambar sambil mengulas senyum kebahagiaan setelah mendapatkan penghargaan KEHATI Award pada Rabu, 28 Januari 2015.
Berkat kreativitas dan kepedulian kelestarian pangan lokal juga berbagi ilmu dengan sesama membuat Ambar mendapatkan KEHATI Award VIII kategori Peduli Lestari Kehati
“Alhamdulillah, saya bersyukur sekali dan tidak pernah bermimpi karena semua yang dijalankan selama ini dengan ikhlas jadi hati saya yang berkarya,” papar Ambar dengan wajah kebahagiaan. !break!
Menurutnya penghargaan ini menjadi tanggung jawab mengembangkan usaha, dan membantu ibu-ibu, “penghargaan ini akan menambah semangat kami. Sedikit kreativitas yang kami lakukan memberikan hasil yang luar bisa,” tambahnya.
Tidak berhenti pada orang-orang dewasa, Ambarwati melalui CV Arum Ayunya juga berbagi ilmu dan semangat pada generasi muda mulai dari taman kanak-kanak hingga anak kuliahan.
Dia mulai belajar tentang beragam sumber pangan lokal dan potensi pengembangannya.
Ambar menjelaskan membuat kue dari pangan lokal harus jeli, telaten, dan sedikit mau repot namun hal itu bukanlah hambatan baginya untuk berkarya.
“Saya ingin terus mengajarkan ibu-ibu di daerah-daerah untuk berkarya, juga mengoptimalkan menggunakan singkong, labu,” katanya.
Di daerah, Ambar menemukan potensi-potensi sumber pangan lokal lain, seperti tepung daun kelor, tepung bekatul dari Garut, tepung mangrove dari Papua, tepung jagung dari Nusa Tenggara, dan banyak yang lain. Dia ingin sumber pangan lokal dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Jika masyarakat sudah memanfaatkan pangan lokal, maka ketergantungan impor bangsa ini akan bisa dikurangi.