Pria Uganda Buru dan Bunuh Buaya Pemangsa Istrinya

By , Jumat, 6 Februari 2015 | 12:01 WIB

Teman-temannya merasa ketakutan dan mengingatkan untuk tidak menyerang binatang buas itu. "Hewan itu besar sekali, dia akan memangsamu, tombak itu tidak cukup untuk membunuhnya," kira-kira seperti itulah teman-temannya memohon.

Tapi Batambuze bersikeras agar mereka menemaninya. "Saya telah gagal membunuhnya saat pertama kali," katanya kepada mereka, "Saya tidak peduli jika saya mati membunuh binatang ini. Saya akan membuat binatang ini mati dengan tombak ini."

Seorang penjaga hutan dari Wildlife Authority, Uganda, Oswald Tumanya, mengatakan buaya itu memiliki panjang lebih dari empat meter dan berat sekitar 600 kg.

"Saya sangat ketakutan tapi yang membantu saya adalah tombak," kata Batambuze.

Ia mengikat seutas tali di ujung tombak sehingga begitu mata tombak berada di tubuh buaya, ia bisa menariknya dan melukai daging si buaya.

"Saya menusukkan tombak ke bagian samping tubuh buaya itu dan teman-teman saya melempari batu ke punggungnya, hewan itu kemudian membuka mulutnya dan berusaha menyerang saya.

"Pertempuran itu berlangsung sangat berat, dan kami diliputi ketakutan. Tapi saya sudah bertekad, dan saya tidak takut mati. Saya hanya ingin buaya itu mati."

Setelah satu setengah jam bertarung, buaya itu akhirnya mati. Kelelahan, mereka berjalan kembali ke desa.

"Semua orang kaget. Apa yang mengejutkan mereka adalah betapa besarnya monster itu. Bukan buaya biasa. Buaya itu sangat besar. Dan orang-orang menyebut saya serta teman-teman saya sebagai pahlawan," katanya.

Bangkai hewan itu dibawa ke Universitas Makarere di Kampala untuk diteliti oleh dokter hewan Wilfred Emneku.

Emneku mengatakan ia menemukan tulang kering di dalam perut buaya tersebut, dan meski ia yakin bahwa tulang itu milik manusia, ia tidak bisa sepenuhnya yakin.

"Setelah 12 minggu...dalam kondisi normal, sangat tidak mungkin tulang dari makanan yang sama bisa bertahan di dalam perut," kata dia.

Meski Batambuze kini menjadi selebriti di desanya, ia tetap tidak bisa memakamkan istrinya dengan layak.

"Di dalam hati, saya sangat depresi karena saya kehilangan istri dan janin yang sedang dikandungnya," tuturnya.

"Tapi warga desa di sini terus mengatakan, 'Terima kasih karena membunuh binatang itu, sungai itu adalah tempat kami mencari air dan kami yakin buaya itu akan memangsa orang lain. Terima kasih banyak, Anda telah melakukan pekerjaan yang hebat'. Saya dianggap pahlawan di sini, orang-orang terus berterima kasih kepada saya."