Terus Bertambah, Jumlah Mikroplastik di Lautan Mencapai 24,4 Triliun

By Ricky Jenihansen, Rabu, 3 November 2021 | 14:00 WIB
Sampah plastik di laut lepas Semporna, Malaysia pada Mei 2018. (Rich Carey/shutterstock)

Nationalgeographic.co.id—Jika di Zaman Eksplorasi, para ilmuwan berlayar melintasi lautan untuk menemukan flora dan fauna asli di negeri-negeri yang jauh. Saat ini, justru para ilmuwan mengarungi lautan terbuka dunia dengan dilengkapi jaring penarik dan pengukur aliran untuk mengambil sampel mikroplastik.

Sebuah tim ahli kelautan global yang dipimpin oleh peneliti Kyushu University telah mengembangkan kumpulan data yang tersedia untuk umum untuk menilai kelimpahan mikroplastik dan tren jangka panjangnya di permukaan lautan dunia. Tim menemukan 24,4 triliun keping atau sekitar 82.000-578.000 ton mikroplastik di lautan dunia, tetapi jumlah sebenarnya kemungkinan akan jauh lebih besar.

Atsuhiko Isobe, pemimpin penelitian dan profesor di Institut Penelitian Mekanika Terapan, Kyushu University mengatakan, dataset mereka menyediakan jumlah mikroplastik yang realistis di alam liar. "Meskipun pengamatan mikroplastik dimulai pada tahun 1970-an, (tapi) data standar yang mencakup dunia masih terbatas," kata Isobe kepada Kyushu University News.

Data tersebut, lanjut Isobe, untuk membantu para peneliti mencoba menilai dampak sebenarnya yang mereka miliki terhadap organisme air dan lingkungan. Kumpulan data tersebut telah dipublikasikan di jurnal Microplastics and Nanoplastics dengan judul "A multilevel dataset of microplastic abundance in the world’s upper ocean and the Laurentian Great Lakes".

Dijelaskan, mikroplastik dikategorikan sebagai potongan-potongan kecil plastik terdegradasi berukuran kurang dari lima milimeter. Mikroplastik dapat melakukan perjalanan ribuan mil di laut lepas dan, tergantung pada kemampuan degradasinya dan tetap berada di berbagai kedalaman permukaan laut.

Sementara banyak survei dalam 50 tahun terakhir telah ditetapkan untuk mengukur jumlah mikroplastik di lautan, penggabungan dan pengarsipan data berjalan lambat dan menghadapi banyak tantangan. Itu terkait dengan perbedaan dalam metode dan kondisi pengumpulan, seperti turbulensi laut, dan penghitungan hingga protokol analisis.

Baca Juga: Mengapa Kotoran Bayi Banyak Mengandung Mikroplastik daripada Kita?

Atsuhiko Isobe menampilkan sampel mikroplastik dan benda apung lainnya yang dikumpulkan oleh timnya dari laut lepas. (Atsuhiko Isobe)

Untuk membuat kumpulan data baru ini, para peneliti mengumpulkan, mengkalibrasi, dan menggabungkan data dari total 8.218 sampel mikroplastik yang terdapat di permukaan laut yang diambil dari lautan di seluruh dunia antara tahun 2000 dan 2019.

"Kami mengumpulkan data yang diterbitkan dan tidak dipublikasikan tentang distribusi mikroplastik dari seluruh dunia dan dikalibrasi untuk memperhitungkan perbedaan seperti dalam metode pengumpulan dan tinggi gelombang untuk membuat peta 2D standar kelimpahan mikroplastik yang canggih," jelas Isobe.

Tim memperkirakan ada 24,4 triliun keping mikroplastik di lautan atas dunia, dengan berat gabungan 82.000 hingga 578.000 ton. Jumlah tersebut setara dengan sekitar 30 miliar botol air plastik 500 ml.

"Sementara pekerjaan ini meningkatkan pemahaman kita tentang situasi aktual, jumlah total mikroplastik kemungkinan masih jauh lebih besar karena ini hanya apa yang dapat kita perkirakan di permukaan," kata Isobe.

Baca Juga: Para Peneliti Ini Mencoba Memetakan Mikroplastik di Seluruh Dunia

Seekor penyu mati dengan ratusan potongan sampah plastik di perutnya. (Gumbo Limbo/Nature Centre)

Menurut Isobe, agar bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas, peneliti harus mengembangkan peta 3D yang menyelidiki kedalaman lautan dan terus mengisi celah dalam kumpulan data yang sudah ada. Salah satu celahnya adalah kurangnya data mikroplastik untuk Samudera Hindia dan laut di sekitar Asia Tenggara, termasuk Laut Cina Selatan.

Selain itu, ada data yang hilang untuk mikroplastik yang berukuran kurang dari 300 mikrometer atau bahkan dalam skala nano. Hal ini disebabkan kurangnya protokol survei lapangan untuk plastik tersebut dan keterbatasan peralatan dan ukuran mata jaring yang digunakan di lapangan.

Isobe berharap survei di masa depan akan terus mengisi kesenjangan ini menggunakan protokol umum untuk memfasilitasi berbagi data. "Meskipun kami membuat kemajuan, kami masih harus banyak belajar untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang nasib sampah plastik dan pengaruhnya terhadap lingkungan," tutup Isobe.

Baca Juga: Mikroplastik Ditemukan Pada Semua Burung Pemangsa yang Diteliti Ini