Banteng Jawa Menghitung Hari

By , Senin, 16 Februari 2015 | 12:08 WIB

Meski tidak signifikan, populasi banteng jawa di Baluran lebih baik daripada di Jawa Barat. Di Cagar Alam Leuweung Sancang, Kabupaten Garut, tercatat 200 banteng jawa pada tahun 1988. Banteng sancang dinyatakan punah tahun 2013.

Kondisi tak jauh beda juga terjadi di Cagar Alam Pananjung Pangandaran. Tahun 1974, populasi banteng jawa 130 ekor. Namun, memasuki 2013, tersisa seekor banteng jawa jantan tua. (Baca lagi: Banteng di Pangandaran Tinggal Satu Ekor)

”Kehadiran darah segar punya pengaruh baik ketika populasi banteng jawa di Baluran dan kawasan lain kian sedikit. Selain alih fungsi lahan, kemunculan tanaman invasif hingga serangan pemangsa, perkawinan sedarah yang dipicu minimnya keragaman genetik, rentan mengundang kepunahan datang lebih cepat,” tutur Supriyanto.

Direktur Utama Taman Safari Indonesia Tony Sumampau mengatakan, menjaga keragaman genetik dan populasi bukan hanya penting bagi banteng banteng jawa. Punya pertalian darah erat dengan sapi bali, banteng jawa bisa menjadi tumpuan dan harapan memecahkan masalah keterbatasan kebutuhan daging di negeri ini.!break!

Inseminasi buatanHarapan itu dimulai sejak kehadiran Silir, banteng jantan dewasa di TSI II Prigen. Hampir mati di tangan manusia saat mengamuk di Desa Kesilir, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Silir merintis jalan mengembalikan keunggulan genetika sapi bali lewat program perkawinan dengan sapi betina unggulan.

Hasilnya, Silir kini punya 11 keturunan di Taman Safari II Prigen. Khalayak mengenalnya dengan nama sapi jawa bali banteng (sapi jaliteng). Untuk mendapat keturunan lebih baik, setelah cukup umur, anak-anak Silir akan dikawinkan lagi dengan banteng jawa lain.

Banteng jawa bisa menjadi tumpuan dan harapan memecahkan masalah keterbatasan kebutuhan daging di negeri ini.

Kurator sekaligus dokter hewan di Taman Safari II Prigen, Ivan Chandra, mengatakan, perkawinan itu tak akan merusak genetika banteng jawa. Sejatinya, sapi bali adalah banteng jawa yang melewati proses domestifikasi.

”Apabila sudah dinyatakan siap berdasarkan kajian Balai Besar Inseminasi Buatan di Singosari, Malang, cucu Silir bisa diserahkan kepada peternak menjadi bibit sapi bali unggulan,” katanya.

Ivan mengatakan, cucu Silir bisa menjadi kekuatan baru bagi genetika sapi bali yang mulai tergerus keunggulannya. Setelah banyak menjalani perkawinan yang kerap tak diketahui asal-usul induknya, banyak sapi bali berbobot kecil sehingga rentan sakit. Kondisi yang jelas tak menguntungkan bagi pemenuhan daging nasional.

Berada dalam satu garis keturunan, bobot sapi bali sangat tak sebanding dibandingkan dengan banteng jawa. Bobot seekor sapi bali dewasa biasanya sekitar 350 kilogram, jauh lebih kecil ketimbang bobot banteng jawa dewasa yang 800 kilogram.

Pada akhirnya, sikap pemerintah adalah kunci. Mendukung penuh pelestarian satwa langka yang berpotensi memandirikan dan meningkatkan produktivitas daging nasional atau cuek terus bergantung pada produksi daging dari negeri seberang.