Negeri Seribu Cagar Budaya

By , Senin, 16 Februari 2015 | 13:05 WIB

Arkeolog dari BPCB Trowulan, Nugroho Lukito, mengatakan, Kediri memang kaya akan situs masa lalu. Tetapi semua belum terungkap. ”Kalau semua terungkap, pasti sangat banyak. Situs terbanyak berasal dari masa Kediri dan Majapahit. Sebagian kecil di sisi selatan Kelud yang mungkin berasal dari Singasari,” ucapnya.

Bergeser ke timur di lereng Kelud, situs-situs masa lalu juga tersebar di sejumlah lokasi.Arca berukuran kecil ataupun bejana atau bak batu (media petirtaan) bisa ditemukan di pekarangan warga ataupun perkebunan.

Di area PT Perkebunan Nusantara XII Rangkahpawon, Kecamatan Plosoklaten, terdapat setidaknya dua bak petirtaan, salah satunya berhuruf Jawa kwadrat yang diperkirakan dari zaman Kediri. Ada juga arca Siwa yang diperkirakan berasal dari zaman Singasari.

Beberapa waktu lalu, arkeolog dari Universitas Negeri Malang, Ismail Lutfi, menyebut wilayah Kelud memiliki banyak bangunan suci. Bangunan itu didirikan lintas masa, yakni Singasari, Kediri, dan Majapahit. Kelud dianggap jadi salah satu gunung suci di Jawa. Nugroho Lukito juga menyebut orang dulu percaya bahwa di Kelud bersemayam dewa gunung, Sang Acalapati.

!break!

Kumpulkan arca

Tidak jauh dari lereng Kelud, di sisi utara, pemerintah Desa Brumbung, Kecamatan Kepung, dalam beberapa tahun terakhir membuat kebijakan mengumpulkan arca dan benda masa lalu yang ditemukan warga. Benda-benda itu dikumpulkan di sebuah bangunan kecil di sisi kanan pendapa balai desa.

Di tempat ini terdapat, antara lain, 2 prasasti bertuliskan huruf Jawa kuno, yakni Brumbung I peninggalan Kediri dan Brumbung II peninggalan Majapahit; arca dwarapala; dan petirtaan. Dahulu benda temuan masyarakat dijual penemunya, tetapi saat ini benda itu dikumpulkan ke balai desa.

Kepala Bidang Sejarah, Nilai Tradisi, Museum, dan Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kediri Eko Budi Santoso menyebut, terdapat 182 benda cagar budaya yang bergerak ataupun tidak bergerak di wilayahnya yang sudah teregister. BCB bergerak contohnya arca, sedangkan yang tidak bergerak adalah situs.

Namun, benda cagar budaya yang belum teregister jauh lebih banyak dan umumnya berada di dalam bumi Kediri. Contohnya bata merah kuno, fragmen arca dan fragmen benda lain seperti tempayan. Demi keamanan dan pelestarian, BCB kerap ditimbun kembali setelah diekskavasi untuk penelitian.

Keberadaan BCB yang jumlahnya ribuan ini menarik minat masyarakat tidak hanya dari Kediri, tetapi juga daerah lain seperti Blitar, Nganjuk, bahkan Surabaya, hingga Solo dan Yogyakarta. Mereka datang ke Kediri dengan beragam tujuan, mulai dari melihat langsung benda peninggalan leluhur hingga melakukan sesuatu yang khusus seperti ritual.

”Kedatangan para tamu inilah yang mendasari Pemkab Kediri mengembangkan situs-situs yang ditemukan itu menjadi wisata minat khusus. Meskipun pengunjungnya belum sebanyak obyek wisata alam Gunung Kelud, setiap tahun jumlahnya cenderung naik,” ujar Eko.

Di kawasan wisata Candi Surowono, misalnya, jumlah pengunjung selama 2014 mencapai 48.913 orang, sedangkan di Candi Tegowangi sebanyak 23.501 orang. Jumlah kunjungan tersebut didasarkan pada pencatatan buku tamu karena sebagian objek wisata minat khusus ini umumnya tidak beretribusi.