Unjuk Kebolehan Petani Terhadap Risiko Perubahan Iklim

By , Selasa, 10 Maret 2015 | 20:00 WIB

Sekumpulan ibu-ibu duduk di atas panggung menganyam baki dari lidi kelapa. Mereka telihat asik sementara ruangan aula kantor Bupati Padang Pariaman penuh sesak dengan pengunjung, Rabu (25/3).

Di sudut lain, terlihat sekelompok ibu turut memamerkan hasil kerajinan tangan yang mereka buat sendiri dari limbah rumah tangga. Vas bunga, sendal, tas dan kerajinan lainnya diolah dari sampah plastik yang menurut mereka banyak bertebaran di sekitar lingkungannya.

Sementara itu, di sisi timur, seorang ibu juga turut mendemonstrasikan kebolehannya menyambung tanaman durian. Batang bawah durian berasal dari pohon induk yang akar dan batangnya kuat, sementara batang atas berasal dari durian berbuah enak.

Sisi lain dari pameran itu juga menampilkan produk pangan organik yag terdiri dari sayuran serta beragam tanaman tua untuk ditanami guna mencegah longsor.

Pameran ini menjadi bagian dari komunikasi hasil-hasil pembelajaran para petani dalam menghadapi risiko perubahan iklim di Padang Pariaman, Sumatra Barat. (Syafrizaldi)

Direktur Yayasan FIELD Indonesia, Widyastama Cahyana mengatakan pameran ini sengaja dilakukan sebagai bagian dari komunikasi hasil-hasil pembelajaran para petani. Para petani sudah sejak lima tahun terakhir belajar bagaimana melakukan pengurangan risiko bencana dan perubahan iklim.

"Mereka juga sampai menghasilkan varietas padi yang tahan dengan suhu dan salinitas tinggi," ujarnya.

Para petani belajar dalam wadah sekolah lapangan, lanjut Cahyana, dimana forum pertemuan rutin dilakukan untuk saling berbagi pengalaman serta melakukan kajian terhadap risiko bencana dan perubahan iklim. Hasil-hasil kajian kemudian diterapkan di lapangan, terutama di lahan-lahan pertanian.

!break!

Sumatera Barat yang diguncang gempa berkekuatan 7,6 Skala Richter pada 30 September 2009 membuat sebagian besar masyarakat Kabupaten Padang Pariaman mengalami trauma. "Kami mulai bekerja dengan mereka setahun setelah kejadian itu," kata Cahyana.

Hingga saat ini, para petani sudah terlibat dalam berbagai tema sekolah lapangan. Menurut Cahyana, aktivitas bersama petani dimulai dengan kajian kerentanan partisipatif. Kajian ini memfasilitasi petani untuk memahami keadaan lingkungannya sekaligus membuat rencana antisipasi risiko kalau terjadi bencana.

Aktivitas pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan oleh petani di Padang Pariaman di Sumatra Barat. (Syafrizaldi)

Cahyana memperlihatkan peta kajian kerentanan yang dibuat petani. Dalam peta tersebut, petani sudah menggambarkan lokasi-lokasi rentan ketika terjadi bencana, termasuk sekolah, daerah pinggirn sungai, ladang dan lokasi-lokasi lainnya.

"Sejauh ini, para petani dari 26 nagari dari total 63 nagari di Kabupaten Padang Pariaman telah terlibat dalam kegiatan ini. Umumnya adalah kaum perempuan," katanya.

Pengurus Persatuan Petani Pemandu dan Masyarakat Tangguh Bencana dan Perubahan Iklim (P3MTBPI) Padang Pariaman, Indra Medi mengatakan dari kajian tersebut petani kemudian mengembangkan ide sekolah lapangan lanjutan.

Menurut Indra, terdapat beberapa tema sekolah lapangan lanjutan, diantaranya sekolah lapangan lumbung pangan hidup. Sekolah lapangan ini memberi pembelajaran kepada petani memanfaatkan lahan sekitar rumah untuk ditanami berbagai produk makanan seperti ubi, talas, jagung, pisang, sayuran dan lainnya.

"Ini berguna ketika terjadi bencana smentara bantua dari pihak luar belum datang. Tak ada lahan kosong, petani bisa menggunakan polybag. Kalaupun tidak ada bencana, tanaman bisa dikonsumsi harian," kata Indra.

!break!

Sekolah lapangan padi rendah emisi metan, merupakan sekolah lapangan yang memberikan pembelajaran pada petani untuk bertanam padi dengan meminimalisir emisi gas metana. "Padi ditanam dengan pola tanpa genangan air serta memanfaatkan kompos serta pupuk organik," katanya.

Selain itu, lanjut Indra, petani juga terlibat dalam sekolah lapangan pengurangan risiko bencana. Sekolah lapangan ini menghasilkan kajian risiko serta langkah antisipasi ketika bencana terjadi. Selain itu, sekolah lapangan ini juga mendorong terbentuknya jaringan petani yang tangguh dalam menghadapi bencana.

Bibit tanaman, pemuliaan tanaman yang dilakukan oleh petani di Padang Pariaman, Sumatra Barat. (Syafrizaldi)

"Para pihak tentunya harus bekerja sama dengan masyarakat untuk meminimalisir risiko itu. Karena itu, petani mengadakan lokakarya rutin," imbuhnya.

Bupati Padang Pariaman, Ali Mukhni yang turut hadir dalam lokakarya itu menyampaikan Pemerintah Daerah Padang pariaman berkomitmen bekerja sama dengan petani.

"Kami sudah menganggarkan dalam APBD agar kegiatan-kegiatan yang mendukung ketangguhan petani tetap dilanjutkan," kata Bupati.