Kawasan Karst Sumatra Barat Terancam

By , Selasa, 10 Maret 2015 | 19:00 WIB

Kawasan karst di Sumatra Barat kian terancam. Keragaman hayati dan keindahan alam serta keelokan bentang alam unik ini disinyalir akan segera lenyap jika eksploitasi pabrik semen dan aktivitas penambang rakyat tidak segera diatur.

Hal ini diungkap dalam diskusi yang diselenggarakan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumbar pada Kamis, (12/2).

Direktur Eksekutif Walhi Sumbar, Uslaini menyebutkan eksploitasi pabrik semen oleh PT Semen Padang sudah berlangsung sejak tahun 1913 dengan kapasitas 22.900 ton per tahun.

Menurutnya, hingga kini PT. Semen Padang beroperasi dengan dua unit kegiatan produksi semen dan penambangan bahan baku. Secara keseluruhan, perusahaan ini beroperasi pada lahan seluas + 280 Ha. Dengan tambahan 412 hektare yang baru saja diberikan pemerintah melalui penurunan status kawasan Bukit Barisan di Kota Padang.

Tak hanya di Kota Padang, eksploitasi kawasan karst juga terjadi di berbagai kabupaten yang memiliki potensi karst tinggi. "Di Kabupaten Tanah Datar, karst Lintau Buo terancam oleh pengambilan bahan galian C oleh masyarakat," imbuh Uslaini.

Sementara itu, pengambilan kayu juga disinyalir mengacam ketersediaan air di kawasan karst di Kabupaten Sijunjung.

"Jika ekosistemnya tidak terjaga, maka karst akan kekurangan persediaan air, dengan demikian keragaman hayati juga akan mendapat imbas negatif," kata Uslaini.

Dari diskusi yang digelar di Sekretariat Kelompok Mahasiswa Mencitai Alam Fakultas Pertanian Universitas Andalas (KOMA FP UA) juga terungkap rencana pembangunan pabrik semen baru di Kabupaten Pasaman Barat, terutama pada kawasan karst di Kecamata Talu.

Penelusuran goa yang dilakukan oleh anggota KOMMA FP-UA di kawasan karst Indarung, Kota Padang juga menemukan fakta maraknya pembukaan lahan untuk pengambilan batu akik. Proses pengambilan batu yang jauh masuk ke dalam gua dan menghancurkan ornamen-ornamen gua.

"Padahal pembentukan stalaktit dan stalagmit goa bisa memakan waktu ratusan bahkan ribuan tahun. Pemulihan kondisi ini akan memakan waktu luar biasa lama," lanjut Uslaini.

Ekositem karst merupakan bentangan alam yang unik. Kawasan ini terbentuk dari proses pelarutan batuan karbonat atau batuan gamping atau batuan kapur dengan air. Ekosistem ini dicirikan dengan bentang alam berupa cekungan dan bukit-bukit kecil yang tajam serta memiliki cerukan goa. Permukaan lapisan kapur tampak kasar dan berlubang-lubang.

Keunikan ekosistem ini juga diperindah dengan terputusnya aliran sungai di permukaan tanah. Sungai-sungai yang terputus ini masuk ke dalam lapisan kapur di bawah permukaan tanah. Di dalam tanah, sungai-sungai ini membentuk alur dan menjadi sungai bawah tanah yang terperangkap di dalam gua-gua.

Uslaini menambahkan, kawasan karst merupakan ekosistem unik baik di lihat dari segi fisik maupun dari keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya. Karena itu kawasan karst juga menjadi kawasan yang memiliki nilai tinggi secara ekonomi, lingkungan dan ilmu pengetahuan.

Nilai tinggi atas kawasan ekosistem karst membuatnya dapat menjadi laboratorium alam untuk mempelajari kehidupan makhluk hidup, daerah tujuan wisata, petualangan penelusuran gua (caving) dan lokasi yang menantang untuk olah raga arung jeram (rafting).

"Bagi masyarakat sekitar, kawasan karst merupakan sumber kehidupan karena secara hidrologis karst sangat baik dalam menyimpan air," katanya.

Di Indonesia, kawasan karst membentang sepanjang daratan mulai dari Aceh hingga Papua mencakup luas mencapai 15,4 juta hektare. Di Sumatera Barat, ekosistem karst terdapat di sepanjang bukit barisan. Ekosistem ini melewati Kabupaten Pasaman Barat, kota Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Kabupaten Solok, Kota Padang dan Kabupaten Sijunjung.