Genetika Hutan Borneo Ungkap Masa Lalu dan Kemungkinan Masa Depannya

By Utomo Priyambodo, Minggu, 7 November 2021 | 09:00 WIB
Hutan hujan tropis di Borneo. (University of Tsukuba)

Nationalgeographic.co.id—Bagi kebanyakan orang yang berjalan-jalan di hutan, lingkungan hutan tersebut mungkin tampak tidak berubah. Namun para peneliti dari Jepang telah menemukan bahwa, dalam skala waktu geologis, satu spesies pohon hutan hujan telah melakukan banyak loncatan.

Dalam sebuah laporan penelitian terbaru, para peneliti dari University of Tsukuba mengungkapkan bahwa Shorea parvifolia, spesies pohon hutan hujan tropis itu, telah mengalami ekspansi populasi yang cepat baru-baru ini di Borneo. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman tentang masa lalu suatu spesies penting untuk memastikan keberadaannya di masa depan.

Hilangnya keanekaragaman hayati adalah salah satu masalah yang paling mendesak di zaman kita. Ekosistem seperti hutan hujan tropis, yang memiliki keanekaragaman hayati dan kekayaan spesies yang tinggi, menghadapi ancaman berkelanjutan dari perubahan penggunaan lahan dan eksploitasi berlebihan oleh manusia. Untuk melestarikan spesies pohon yang hidup di lingkungan ini, penting untuk memahami genetika mereka dan bagaimana terbentuknya struktur genetik mereka saat ini.

Baca Juga: Kelapa Sawit Bukan Satu-satunya Penyebab Hilangnya Hutan di Indonesia

"Kami menyelidiki genetika Shorea parvifolia, pohon hutan tropis yang tersebar luas di Asia Tenggara," kata penulis senior studi tersebut, Profesor Yoshihiko Tsumura, sebagaimana dilansir EurekAlert.

"Struktur genetiknya telah dipengaruhi oleh fluktuasi glasial dan interglasial yang berulang. Perubahan genetik ini memberikan pengetahuan kunci untuk pemanfaatan dan konservasi yang berkelanjutan."

S. parvifolia penting untuk fungsi ekosistem dan kehutanan di Asia Tenggara. Untuk memeriksa genetikanya, para peneliti mengambil sampel daun dari pohon dalam populasi alami yang mencakup hampir seluruh rentang geografis S. parvifolia. Tim menggunakan penanda DNA nuklir dan data sekuensing DNA dari kloroplas (struktur sel tumbuhan yang melakukan fotosintesis) untuk memeriksa struktur genetik S. parvifolia dan bagaimana ia terbentuk.

"Analisis DNA inti dari struktur genetik menunjukkan pemisahan yang jelas antara populasi Borneo dan populasi lainnya," jelas Profesor Tsumura.

Baca Juga: Hilang 125 Tahun, Burung Hantu Bermata Oranye Terlihat Lagi di Borneo

Meskipun struktur genetik yang ditunjukkan oleh DNA kloroplas kurang jelas, analisis lebih lanjut menunjukkan perbedaan penting dalam populasi pohon ini di Borneo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa S. parvifolia telah mengalami ekspansi populasi baru-baru ini di Kalimantan.

"Keragaman genetik yang tinggi pada penanda genetik tertentu dalam sampel Borneo menunjukkan bahwa selama periode glasial terbaru, populasi spesies ini kemungkinan besar bermigrasi dari Semenanjung Malaya ke Borneo dan kemudian mengalami peningkatan populasi besar, menghasilkan keragaman genetik yang cukup besar," kata Profesor Tsumura.

Berdasarkan hasil penelitian mereka yang laporannya telah terbit di jurnal Tree Genetics & Genomes itu, para peneliti menyarankan agar unit konservasi hutan di kawasan Asia Tenggara perlu dibagi menjadi tiga wilayah: Semenanjung Malaya, Sumatra, dan Kalimantan. Temuan tim juga menyoroti manfaat penggunaan benih lokal untuk penanaman yang bertujuan meningkatkan konservasi dan keberlanjutan di hutan tropis Asia Tenggara, karena hal itu dapat menjaga keragaman genetik spesies.