Hasil Studi Terbaru Mengenai Dampak Perubahan Iklim

By , Jumat, 20 Maret 2015 | 16:00 WIB

Skenario ini telah diperkirakan sejak lama oleh para ilmuwan iklim. Menurut sebuah studi baru, perubahan iklim membantu memicu serangkaian peristiwa yang mengarah pada perang saudara di Suriah.

Studi lain dalam isu yang sama di ?Proceedings of the National Academy of Sciences menemukan bahwa kemarau yang memecahkan rekor dan melumpuhkan negara bagian terpadat dan paling produktif di AS memiliki tanda perubahan iklim yang sama.

Kedua studi ini menunjukkan kemungkinan bahaya menghadang saat ini dari ancaman yang seringkali dianggap masih lama terjadi.

Dari 2007 sampai 2010, Suriah menderita kekeringan terburuk dalam sejarah negara itu. Panen gagal dan ternak mati, membuat sekitar 1,5 juta orang harus mengungsi.

"Orang-orang ini membawa keluarga mereka dan bermigrasi secara massal ke wilayah-wilayah perkotaan untuk mencoba bertahan," ujar ahli klimatologi dan pemimpin studi Colin Kelley.

"Mereka tidak memikirkan masa depan. Mereka berpikir tentang masa kini."

Arus migrasi ini sebanyak 1,5 juta pengungsi yang mengungsi dari Irak menyusul invasi AS pada 2003. Eksodus pengungsi ini merupakan kejutan populasi sangat besar untuk wilayah-wilayah perkotaan di Suriah yang ada dalam margin keberlangsungan dengan masalah air dan makanan bahkan sebelum itu terjadi, ujar Kelley.

Diabaikan oleh pemerintahnya, permukiman-permukiman yang terlalu padat ini kemudian menjadi tempat berkembangnya ketidakpuasan yang kemudian meledak pada April 2011, menurut studi tersebut.

Bekerja di Columbia University, Kelley dan para koleganya mempelajari tren-tren suhu dan curah hujan sejak 1931 dan model-model iklim dampak gas rumah kaca. Mereka menemukan bahwa peningkatan suhu dan kekeringan di wilayah itu yang dialami sejak pertengahan abad 20 sesuai dengan model-model perubahan iklim. Mereka mengkalkulasi bahwa pemanasan global telah meningkatkan peluang terjadinya kekeringan yang parah di wilayah itu menjadi dua sampai tiga kali lipat variasi alami.

"Kami tidak mengatakan bahwa pemanasan global atau perubahan iklim memicu atau menyebabkan pemberontakan," ujar Kelley. "Yang kami maksud adalah hal itu pada dasarnya memperburuk kekeringan yang terjadi, membuatnya semakin parah, paling parah yang pernah dicatat. Dan hal ini memicu serangkaian peristiwa yang akhirnya mengarah pada pemberontakan."

"Namun, hal ini juga akibat kerentanan akut Suriah ketika kekeringan terjadi," tambahnya.

Ia mengatakan bahwa kebijakan-kebijakan pemerintah telah mendorong petani untuk mengeringkan cadangan air tanah, membuat mereka rentan ketika kekeringan melanda. Dan populasi negara telah tumbuh pesat sebelum pemberontakan, membuat mereka kekurangan sumber-sumber daya.

Sementara itu, sebuah studi lain menunjukkan bahwa perubahan iklim sepertinya telah mendorong kekeringan melumpuhkan di negara bagian AS, California.