Dalam pendapat saya, dalam mengatur waktu penyelenggaraan shalat gerhana, maka sebaiknya shalat gerhana ini ditunaikan segera setelah shalat wajib berjamaah yang berdekatan, yakni shalat maghrib atau isya'. Shalat gerhana bulan dalam Gerhana Bulan Total 4 April 2015 ini baru bisa diselenggarakan setelah kontak awal umbra (U1) terjadi. Maka bagi wilayah-wilayah di Indonesia yang terletak di sebelah timur garis U1, shalat gerhana bisa diselenggarakan segerasetelah shalat Isya'. Demikian halnya bagi propinsi Sumatra Utara dan Aceh. Sebaliknya wilayah-wilayah di sebelah barat garis U1 hingga propinsi Sumatra Utara dan Aceh dapat menyelenggarakan shalat gerhana bulan segera setelah shalat Maghrib. Dengan pengaturan waktu demikian, maka shalat gerhana bulan dapat ditunaikan sementara observasi Gerhana Bulan khususnya dalam fase totalitas juga tetap dapat berlangsung.
Seperti peristiwa sejenis sebelumnya, Gerhana Bulan Total 4 April 2015 sejatinya relatif bisa diamati dengan mudah dari lokasi dimana saja, termasuk lingkungan perkotaan sekalipun. Namun ada teknik tersendiri untuk mengabadikan peristiwa langit ini. Prinsip dasarnya, Gerhana Bulan menyebabkan adanya perubahan pencahayaan Bulan dari yang semula cukup benderang (sebagai purnama) menjadi jauh lebih redup ketimbang Bulan sabit (pada puncak gerhana). Perubahan pencahayaan ini memerlukan pengaturan khusus. Jika anda menggunakan kamera jenis DSLR (digital single lens reflex), maka atur kamera ke kondisi manual dan fokus lensa juga ke posisi manual. Pilih panjang fokus tertentu saja. Juga pilih f-ratiopada satu nilai tertentu dan demikian pula ISO-nya. Lalu arahkan ke Bulan dan atur waktu penyinarannya (exposure time) mengikut fase gerhana seperti diperlihatkan tabel di bawah ini:
Salah satu kelebihan kamera DSLR adalah dapat dihubungkan ke teleskop dengan penambahan adapter dan t-ring yang tepat sehingga menghasilkan teknik fotografi fokus prima. Namun bila disambungkan dengan teleskop, maka nilai f-ratio dan panjang fokusnya menjadi tetap seperti apa yang dimiliki oleh teleskop tersebut tanpa bisa diubah-ubah. Jika kamera DSLR ini disambungkan ke teleskop menghasilkan teknik fokus prima, maka nilai waktu penyinarannya (exposure time)bergantung pada ISO yang dipilih. Misalkan teleskop yang digunakan adalah teleskop pembias Celestron 70 mm dengan panjang fokus 900 mm, maka nilai ISO dan waktu penyinarannya mengikuti fase gerhana diperlihatkan tabel berikut :
Bagaimana jika anda tak memiliki kamera DSLR dan juga tak mempunyai teleskop? Jangan khawatir, Gerhana Bulan Total ini tetap dapat diabadikan meski dengan kamera digital sederhana atau bahkan kamera ponsel/ponsel pintar sekalipun. Kuncinya adalah mengeset kamera dengan nilai ISO yang besar (bila memungkinkan). Juga mengatur nilai EV (exposure value) ke yang terbesar (bila memungkinkan). Jika pilihan-pilihan tersebut tak tersedia, masih terbuka jalan untuk mengabadikannya dengan mengeset pencahayaan kamera lewat daylight atau sejenisnya saat fase penumbra dan fase umbra serta mengeset ke night atau sejenisnya saat fase totalitas.
Tak seperti Gerhana Bulan sebelumnya yang berbonus kesempatan mengamati planet Uranus, dalam Gerhana Bulan Total 4 April 2015 ini kita harus gigit jari. Tak ada satupun planet yang terlihat berdekatan dengan Bulan di saat gerhana. Kala Gerhana Bulan ini terjadi, bola langit hanya dihiasi planet Jupiter di dekat zenith dan planet Mars yang mengapung di atas kaki langit barat. Walau demikian ada yang relatif sama. Meski fase totalitasnya jauh lebih singkat, Gerhana Bulan Total 4 April 2015 berkemungkinan besar akan menampilkan wajah Bulan yang sama seperti gerhana-gerhana Bulan sebelumnya dalam puncaknya. Yakni tidak benar-benar gelap (menghilang), melainkan menjadi amat redup dengan laburan warna kemerah-merahan yang mirip darah.
Musababnya pada saat ini atmosfer Bumi pun relatif bersih, tidak terkotori oleh partikulat dan aerosol sulfat dalam jumlah signifikan yang dihasilkan letusan dahsyat/mahadahsyat gunung berapi. Pada saat ini kita masih menyaksikan letusan besar Holuhraun di Gunung Bardarbunga (Islandia). Letusan ini telah berkecamuk semenjak 31 Agustus 2014 TU silam dan hingga kini telah memuntahkan tak kurang dari 1,5 kilometer kubik magma (10 kali lipat volume Letusan Merapi 2010). Namun partikulat dan aerosol sulfat yang dilepaskannya ke atmosfer masih terlalu kecil untuk membuat Bulan menjadi gelap pekat di kala puncak Gerhana Bulan Total.