Kendati begitu, hingga kini Tambling Wildlife Nature Conservation belum menerima pengunjung untuk wisata alam. "Karena keseimbangan ekosistem yang belum sempurna, saya takut menjalankan pemanfaatan pariwisata alam. Karena, konservasi berarti membatasi sekecil mungkin sentuhan manusia. Ekowisata itu bagus, benar. Sayangnya itu mendatangkan manusia baru yang susah diatur. Sampai hari ini, saya belum terima uang dari seorang pun dari pariwisata alam," papar Tomy.
Dalam itungan Tambling Wildlife Nature Conservation, seorang pengunjung sedikitnya bakal meninggalkan limbah seberat 5 kilogram selama tiga hari kunjungan. Tomy mengisahkan seluruh limbah mesti didaur ulang, yang memerlukan waktu 8 bulan. "Termasuk mendaur ulang air seni, memulihkan jalan, membersihkan sampah: plastik, rokok dan sebagainya."
Kawasan dengan vegetasi dari pantai, mangrove, padang rumput dan hutan dataran rendah tropika ini memang dikelola untuk turut memberi sumbangan global. "Pelestarian alam di sini ujung-ujungnya agar kawasan ini tidak berkontribusi terhadap pemanasan global."
Lantaran itulah, TWNC berkolabarasi dengan taman nasional mengelola kawasannya dengan serius. Hamparan padang rumput sengaja dicukur rutin dengan kendaraan pemotong rumput. Kerbau liar dan rusa sambar memamah rumput dengan bebas.
Tomy menyatakan rumput dicukur untuk produktivitas padang. "Biaya yang murah bisa dengan dibakar, tapi risikonya sangat besar; bisa-bisa biayanya menjadi sepuluh kali lipat."
Pantai di sepanjang kawasan Tampang dan Belimbing bersih tanpa sampah. Norma dan nilai konservasi alam dijunjung tinggi. "Kalau ada pegawai di TWNC yang melanggar norma dan nilai konservasi alam, kami memberikan sanksi yang sangat sangat berat. Saya mencintai konservasi, mencintai alam, dan mencintai binatang. Itu paling utama. Napas saya adalah konservasi," tegasnya.