Tiga Pesona Kota Pontianak

By , Senin, 30 Maret 2015 | 17:00 WIB

Di sekitar patokan baru juga dibuat garis putih memanjang. Di atas garis ini, telur bisa tegak berdiri tanpa bantuan apa pun. Saat peringatan titik kulminasi, pengunjung berebut untuk membuktikan fenomena ini.

Faktanya, sebagian besar telur yang diletakkan di sepanjang garis tersebut memang bisa berdiri. Meski begitu, ada beberapa pengunjung yang sempat gagal mendirikan telur, alasannya karena kurang konsentrasi.

"Ayo Pak, konsentrasi Pak. Pelan-pelan," ujar pemandu acara mengiringi kegiatan pengunjung mendirikan telur, Sabtu (21/3).

Menurut pantauan Kompas.com, ternyata tidak hanya di garis tersebut telur bisa berdiri tegak. Di dekat tugu asli pun, beberapa pengunjung nekat mencoba mendirikan telur dan berhasil. Namun, memang telur yang berdiri tidak sebanyak di garis putih tersebut.

Meriam pengusir kuntilanak

Para ahli sejarah mengemukakan bahwa saat membuka lahan tempat tinggal tahun 1771, Raja Pontianak Syarif Abdurrahman Alkadrie sempat diganggu oleh hantu kuntilanak. Untuk mengusirnya, Raja menyalakan meriam. Syarif yang kemudian diakui sebagai pendiri kota Pontianak, menembakkan meriam ke arah daratan.

Meriam yang digunakan disebut Meriam Karbit. Meriam ini terbuat dari kayu besar dengan diameter sekitar 50-100 sentimeter. Panjangnya mencapai 4-7 meter. Meriam ini diisi dengan air dan dimasukkan karbit sebagai mesiunya. Karbit yang berekasi dengan air akan menghasilkan gas yang mengakibatkan ledakan jika disulut dengan api.

Suara ledakannya menggelegar hingga mampu menggoyahkan bangunan sekitar. Saat perayaan titik kultimasi, meriam ini menyambut kedatangan para pengunjung. Bahkan dari kejauhan, bunyi meriam ini cukup membuat hati berdebar. Di jarak dekat, tidak jarang pengunjung yang terkaget-kaget dengan suara meriam.