Benarkah Michelangelo Memalsukan Patung 'Laocoön and His Sons'?

By Sysilia Tanhati, Senin, 8 November 2021 | 16:24 WIB
Patung fenomenal ini digambarkan sebagai ikon prototipikal penderitaan manusia. (Frank Eiffert)

Nationalgeographic.co.id—Pengunjung museum Pius-Clementine di Vatikan sering kali berhenti setiap melihat patung ini. Terletak di Octagonal Court, patung "Laocoön and His Sons" menggambarkan adegan yang menggetarkan. Seekor ular laut meliliti pria dan kedua putranya yang ketakutan. Ketiganya digambarkan berjuang dengan sia-sia agar terlepas dari ular yang siap untuk menyerang. 

Sebuah studi tentang horor dalam marmer, Nigel Spivey menyebutnya sebagai "ikon prototipikal penderitaan manusia”. Kisah suram pendeta Troya Laocoön dan putra-putranya dituliskan dalam berbagai versi. Namun kisah yang dituliskan oleh Plinius yang Tua merupakan salah satu yang paling dikenal.

Di akhir Perang Troya, Laocoön menduga bahwa kuda kayu yang dikirim oleh orang Yunani adalah jebakan. Setelah memukul kuda dengan tombak, Laocoön dan putra-putranya ditangkap oleh ular laut. Ular tersebut menyeret mereka ke kematian, yang ditafsirkan sebagai hukuman ilahi.

 

Pada bulan Januari 1506, Felice de Fredis melakukan pekerjaan konstruksi di tanah miliknya di lereng Bukit Esquiline Roma. Penemuan koin, prasasti, dan patung Romawi adalah hal biasa bagi siapa pun yang melakukan penggalian di tanah Romawi. Namun para pekerja konstruksi menemukan sesuatu yang luar biasa; sebuah ruangan cekung berisi patung marmer yang indah dan besar.

Patung tersebut menggambarkan sosok laki-laki dewasa dan dua anak. Namun ada beberapa bagian dari patung yang hilang. Patung ini jelas-jelas tersembunyi selama berabad-abad.

Sebagai seorang kolektor harta karun masa lalu klasik Roma, Paus Julius II mengirim delegasi untuk memeriksa temuan itu. Ia mengirim arsiteknya Giuliano da Sangallo, calon kardinal Jacopo Sadoleto, dan pematung Michelangelo. Setelah mengamati penemuan itu, orang-orang utusan paus dengan cepat mengidentifikasinya. "Ini adalah Laocoön yang kisahnya ditulis oleh Plinius,” tutur Sangallo.

Selama Zaman Renaisans, baik seniman maupun cendekiawan menghormati Zaman Klasik dan berusaha menerapkan nilai-nilai pentingnya. Termasuk Sangallo yang mendalami semua tulisan dan karya Plinius yang Tua. Plinius menulis sebuah karya monumentalnya “Naturalis Historia”. Ia mendeskripsikan sebuah patung “Karya seni terbaik yang pernah diciptakan. Dari satu balok marmer, perajin Rhodes— Hagesander, Polydoros, dan Athenadoros—menciptakan Laocoön dan putra-putranya, dengan ular meliliti mereka.”

Baca Juga: Fakta Mengejutkan! Seniman Michelangelo Ternyata Bertubuh Pendek

Litografi 'Laocoön and His Sons' karya William Blake sekitar 1820. (Public Domain)

Pada bulan Maret 1506, patung tersebut itu dipindahkan ke halaman Belvedere di Vatikan. Meski patung tersebut cocok dengan deskripsi Plinius dalam berbagai aspek, muncul satu keraguan besar. Patung tersebut tidak dipahat dari satu balok marmer utuh melainkan dari delapan bagian yang berbeda. Ini tidak sesuai dengan apa yang digambarkan oleh Plinius.

Sehingga timbul pertanyaan tentang identitas pembuatnya, kapan dibuat, dan mengapa seniman tertarik untuk menggambarkan penderitaan seperti itu.

Sebagai bagian dari analisis, para seniman mengusulkan orientasi yang berbeda untuk bagian-bagian yang hilang. Diawasi oleh Bramante, sebuah kontes pun dilakukan untuk mengusulkan model terbaik untuk lengan kanan Laocoön yang hilang. Michelangelo menyarankan agar tangan ditekuk ke belakang ke arah bahu untuk menunjukkan usaha keras Laocoön dalam membebaskan dirinya. Raphael, saingan Michelangelo dan juri kontes, memilih pose yang berbeda, satu dengan lengan terentang. Usulan ini dipakai ketika restorasi dilakukan pada tahun 1520.

Keterlibatan Michelangelo dengan patung dan pengaruhnya yang nyata pada karya-karyanya selanjutnya menimbulkan intrik atas penemuan patung itu. Sejarawan seni Universitas Columbia, Lynn Catterson, bahkan mengajukan teori bahwa pematung "Laocoön" adalah Michelangelo sendiri.

 

Catterson melihat sketsa 1501 karya Michelangelo, yang menurutnya, menunjukkan kesamaan gaya dengan patung itu. Catterson berpendapat bahwa sang Jenius dari Toskana itu diam-diam menciptakan pahatan untuk "ditemukan." Kita tahu bahwa Michelangelo telah memalsukan barang antik sebelumnya. Sang Seniman juga terobsesi dengan ular, anggota badan yang berbelit-belit, dan emosi yang ekstrem.

Catterson memaparkan bahwa ia memiliki "segunung bukti" yang menunjukkan bahwa Michelangelo memalsukan patung tersebut. Juga mengaturnya agar karya tersebut ditemukan sehingga ia bisa mendapat untung dari penjualannya.

Salah satu bukti yang diajukan oleh Catterson adalah Laocoöns ada dalam lukisan dan pahatan Michelangelo sebelum penemuannya pada tahun 1506. Pada sekitar tahun 1494, ia memahat The Battle of the Centaur - jalinan anggota badan yang menggeliat dan melingkar. Sosok yang dipahat tersebut menyerupai Laocoön.

Jadi apakah Laocoön merupakan karya imajinasinya alih-alih patung kuno terkenal yang terkubur selama 1000 tahun?

Kritikus berpendapat lain, bahwa hambatan logistik dan keuangan yang besar membuat teori itu tidak mungkin. Sebagian besar sejarawan menerima bahwa patung itu berasal dari era Helenistik. Pada era ini patung Yunani mencapai puncak dinamisme.

Ensiklopia Plinius juga memberikan petunjuk penting soal taman Maecenas yang berada di istara Kaisar Titus. Di taman tersebut patung Laocoön ditemukan pada tahun 1506.

Sejarawan berjuang untuk mengidentifikasi pematung yang disebutkan oleh Plinius. Ini juga untuk memastikan apakah patung Laocoön berasal dari era Titus atau sebelumnya. Pada tahun 1957 penggalian dilakukan di sebuah gua di Sperlonga, pantai dekat Roma. Ini merupakan lokasi vila yang digunakan oleh Kaisar Tiberius (berkuasa 14-37 M). Pada penggalian tersebut ditemukan patung-patung, salah satunya ditandatangani dengan nama yang sama dengan catatan Plinius tentang pematung "Laocoön."

Jelas, para pematung itu berasal dari zaman sebelum Titus. Terdapat patung dengan sosok menggeliat yang cocok dengan gaya "Laocoön” di situs Helenistik Pergamus di Turki. Kemungkinan para pematung, yang terinspirasi oleh gaya Pergamus, menciptakan "Laocoön" pada akhir abad pertama SM.

Pada 1905, ahli barang antik Ludwig Pollak menemukan lengan marmer di bengkel patung di dekat tempat "Laocoön" ditemukan. Dalam ukuran dan gaya itu mirip dengan patung yang ditemukan oleh Fredis tahun 1506.

Pada 1957, otoritas Museum Vatikan akhirnya mengumumkan bahwa fragmen itu kemungkinan adalah lengan terkenal Laocoön yang hilang. Lengannya ditekuk ke belakang—seperti yang disarankan oleh Michelangelo, 450 tahun sebelumnya.