6 Fakta tentang Saudara Kandung

By , Senin, 13 April 2015 | 17:30 WIB

Sahabat, tentunya acap kali kita mendengar bahwa kepribadian kita sedikit banyak dipengaruhi oleh orangtua dan segala ajaran yang mereka berikan. Tapi tahukah Anda, bahwa tidak jarang kepribadian kita juga dipengaruhi oleh keberadaan saudara-saudara sekandung kita.

Dari hasil studi tentang kesehatan mental yang dituang dalam buku berjudul “Sibling Development: Implications for Mental Health Practitioner”, dikatakan bahwa kita menghabiskan waktu sedikitnya 7 sampai 10 jam perminggu bersama saudara. Tidak heran jika karakter, sifat, dan kebiasaan kita menurun dari mereka.

Selain itu, “Saudara sekandung berperan penting sebagai pembentuk, mentor, dan juga konselor pribadi seseorang hingga dewasa.” Jelas Khadijah B. Watkins, MD, seorang asisten profesor psikiatri di Weill Cornell Medical College.

Sebuah studi yang meneliti tentang hubungan persaudaraan dengan kesehatan mental yang dilakukan oleh Elizabeth Ochoa, PhD, mengungkap 8 fakta menarik berikut:

1. Saudara sebagai teladan sifat dermawan

Dalam suatu keluarga dengan jumlah anggota yang tidak sedikit, kakak tertua cenderung berperan sebagai “orangtua pengganti” yang mencontohkan tindakan-tindakan teladan bagi seseorang, yang akan berguna dalam pembentukan karakter kepemimpinan seseorang. Dalam suatu studi yang dilakukan di Brigham Young University, peneliti mengungkap fakta bahwa seseorang dengan empati tinggi dan kerap membantu teman dan tetangga di lingkungan sekitarnya ialah mereka yang merasa dicintai dan dilindungi oleh saudara kandungnya.

2. Saudara sebagai penginspirasi minat dan bakat

Terlepas apakah Anda merupakan anak sulung, tengah, maupun bungsu, peran saudara menjadi sumber motivasi yang menginspirasi seseorang menemukan minat dan bakatnya.

Anak pertama cenderung cakap dan lebih termotivasi, dengan demikian lebih dulu mencapai sukses dalam pencarian minat dan mengembangkan bakatnya. Mereka menginspirasi yang lain.

Anak tengah, terinspirasi dari kesuksesan sang kakak dan keinginan untuk menjadi contoh untuk adiknya, akan lebih kreatif dalam mencari minat mereka. Sang bungsu, dengan pengaruh dan contoh yang diberikan kakak-kakaknya, cenderung mencoba hal baru yang didapat dari keduanya dan melakukannya di wilayah geografis yang berbeda.

3. Berkelahi dengan saudara bangun kecakapan menyelesaikan masalah

Dalam suatu perkelahian antar-saudara yang tentunya dialami selama waktu tumbuh kembang seseorang di rumah, jelas professor Ochoa, akan ada peran dimana seseorang akan belajar bagaimana cara bertoleransi, berbagi, mendengar, dan yang utama, berkomunikasi dengan efektif.

4. Hubungan persaudaran ciptakan sifat kesetiaan

Seperti ada sumpah tak terucap bahwa saudara akan saling menjaga, hidup dan mati. Hal yang demikian membentuk kesetiaan antar saudara, meskipun mereka berhenti tinggal bersama atau tidak bertemu dalam periode yang lama.

5. Saudara sebagai pengendali kesehatan

Gaya hidup, termasuk gaya makan, berpakaian, dan berolahraga yang seseorang contoh dari saudaranya menjadi satu faktor penentu kesehatan seseorang. Dalam satu penelitian dibuktikan bahwa obesitas yang dialami seseorang akan cenderung “menular” pada saudaranya, karena mereka menjalani diet dan gaya hidup yang sama.

6. Saudara sebagai pemberi efek "sibling spillover"

yaitu efek yang menyebabkan seorang saudara cenderung meniru prestasi akademik yang berhasil dicapai oleh saudaranya yang lain.