Simbol Burung pada Relief Candi Indonesia

By , Senin, 13 April 2015 | 19:30 WIB
!break!

Candi Mendut

Candi ini terletak di Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari Dinasti Syailendra, yang keterangannya dapat dijumpai pada prasati Karantengah 824 Masehi. Prasati tersebut menjelaskan bahwa Raja Indra telah membuat bangunan suci wenuwanayang berarti hutan bambu. Menurut arkeolog Belanda J.G. de Casparis, kata tersebut erat kaitannya dengan Candi Mendut.

Candi yang ditemukan tahun 1836 ini memiliki atap bertingkat tiga yang dipenuhi 48 stupa kecil. Tercatat, ada tiga relief menceritakan burung yang salah satunya tentang persahabatan sepasang angsa dan kura-kura.

Candi Mendut (Foto via Kompas.com)

!break!

Candi Kidal

Candi yang dibangun sekitar 1248 Masehi ini terletak di Desa Rejokidal, Kecamatan Tumpang Tumpang, Kabupaten Malang. Bangunan candi keseluruhan tersusun dari batu andesit dengan dimensi geometris vertikal.

Dilihat dari coraknya, candi ini merupakan perpaduan antara candi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal ini dikarenakan, pembangunan candi dilakukan pada masa transisi karajaan Jawa Tengah ke kerajaan Jawa Timur. Beberapa pakar berpendapat, candi ini prototifnya candi Jawa Timuran.

Di seputar kaki candi ada tiga relief yang menggambarkan garuda. Relief pertama terlihat garuda menggendong tiga ekor ular besar, relief kedua berupa lukisan garuda meletakkan kendi di atas kepala, dan pada relief ketiga terlihat garuda menggendong seorang wanita.

Candi Gampingan

Candi yang dibangun antara abad delapan dan sembilan ini terletak di Dusun Gampingan, Kelurahan Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Candi yang ditemukan oleh pembuat batu bata pada 1995 ini dihiasi tiga arca yaitu Dhyani Buddha Wairocana dari perunggu, dua arca Jambhala dan Candralokesvara dari batu andesit, serta berbagai keramik dan benda yang terbuat dari emas.

Bagian kaki candi dihiasi relief burung seperti pelatuk, gagak, dan ayam jantan. Gagak diidentikkan sebagai burung dengan paruh dan tubuh yang kokoh. Sayapnya mengembang dan ekornya berbentuk kipas. Sedangkan burung pelatuk digambarkan memiliki jambul di kepala dengan paruh agak panjang dan runcing, namun sayapnya tidak mengembang. Ayam jantan sendiri dilukiskan dengan dada membusung dengan sayap mengembang ke bawah.

Masyarakat kala itu berkeyakinan bahwa burung memiliki kekuatan transendental. Burung merupakan perwujudan dewa yang membawa pesan dari nirwana dan lambang kebebasan manusia yang telah meninggalkan kehidupan duniawi.