Mengapa Kelapa Sawit Begitu Berkembang di Indonesia?

By , Minggu, 19 April 2015 | 13:00 WIB
!break!

Hamparan perkebunan sawit mengelilingi aliran Sungai Kampar di Provinsi Riau. Tiap tahun, pembukaan dan pembakaran lahan untuk dijadikan area perkebunan telah memunculkan bencana baru bagi masyarakat. Kabut asap beracun akibat pembakaran lahan menjadi ancaman kesehatan nyata bagi masyarakatnya. (Yunaidi/National Geographic Indonesia)

Penggunaan teknik tebas dan bakar (slash-and-burn) untuk membersihkan lahan terus dilakukan oleh pengembang perkebunan sawit. Meskipun ilegal, tebas bakar memungkinkan pengembang untuk membersihkan lahan jauh lebih murah dan cepat daripada metode lainnya, teknik ini pun kadang lepas tanpa deteksi dan hukuman dari aparat hukum.

Hal yang terjadi, cara menebas lahan seperti ini menghasilkan kebakaran yang diluar kendali untuk waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, terutama di kawasan lahan gambut yang sangat mudah terbakar. Ekspor kabut asap yang dihasilkan ke negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand dan Singapura telah menimbulkan beragam penyakit pernapasan yang mengancam kesehatan ratusan ribu warga negara.

Akhirnya, perusahaan sawit nakal menggunakan berbagai tipu muslihat yang membuat sulit untuk membawa si pelanggar hukum ke pengadilan. Perusahaan sering terhubung melalui jaringan rumit dari anak perusahaan, sehingga sangat sulit untuk melacak aktivitas ilegal ke sumber tunggal. [38] Ketika perusahaan yang dicurigai melakukan kegiatan ilegal, mereka sering berganti nama, restrukturisasi atau ditransfer ke kepemilikan yang berbeda. Mungkin waktu bertahun-tahun sebelum para pelanggar aturan ditemukan dimana saat yang sama kerusakan hutan telah terlanjur parah.