Menurunnya Populasi Unta di India Ancam Budaya Nomaden Kuno Ini

By Sysilia Tanhati, Selasa, 9 November 2021 | 10:00 WIB
Bagi Raika, memelihara unta adalah panggilan suci dan tidak bisa dibiarkan punah. (Jyotirmoy Gupta)

Sekarang, ritual tahunan itu terancam punah, penyebab yang paling parah adalah penurunan jumlah unta. Total populasi unta India—unta liar atau unta Arab—menurun sebesar 37 persen antara tahun 2012 dan 2019. Saat ini diperkirakan hanya tersisa 200.000 unta dan 80 persennya berada di Rajasthan. Di sana unta dibiakkan untuk sarana transportasi, menghasilkan wol dan susu, serta membajak ladang.

Lonjakan pembangunan di India barat menciptakan jalan raya, mobil pun menggantikan hewan yang dijuluki “kapal gurun” sebagai sarana transportasi.

Proyek irigasi juga turut menjadi penyebab penurunan jumlah unta di India. Proyek ini meningkatkan jumlah lahan pertanian sehingga ruang terbuka bagi unta untuk merumput menjadi lebih sedikit.

Unta tampaknya juga menjadi kurang populer di masyarakat. Festival unta, yang menampilkan musik dan tarian rakyat, kios makanan dan kerajinan, dan penjualan unta yang ramai, pun menghilang.

Di tengah semua ancaman itu, unta bergantung pada sektor pariwisata. Namun pandemi Covid-19 memorak-porandakan dunia pariwisata, tidak terkecuali di India. Terbitnya undang-undang negara bagian tahun 2015 yang melarang ekspor dan penjualan unta jantan turut menghilangkan sumber penghasilan Raika. Bagi suku nomaden ini, unta jantan harus dijual agar mereka mendapatkan penghasilan.

Baca Juga: Hewan- hewan Yang Dianggap Sakral Oleh Orang-orang Mesir Kuno

Pandemi Covid-19 membuat sektor pariwisata di India terpuruk. Ini pun berdampak pada unta. (Srimathi Jayaprakash)

Menghadapi kendala tersebut, Bhanwarlal memutuskan untuk menyekolahkan anak-anaknya dan mendorong mereka mencari nafkah di luar menggembala unta.

Satu-satunya yang masih menopang kelangsungan hidup Raika adalah penjualan susu unta. Namun ini juga harus mendapatkan dukungan dari pemerintah berupa insentif, pendirian perusahaan susu unta, dan izin penjualan unta jantan.

Susu unta, yang disebut-sebut oleh ahli gizi sebagai makanan super, menjadi minuman yang populer di India. Susu ini memiliki kandungan gula yang rendah, kaya akan vitamin dan mineral, dan menjadi alternatif untuk intoleransi laktosa.

Namun mengupayakan penjualan susu unta menjadi tantangan tersendiri bagi para penggembala. Untuk mengangkut susu unta mentah ke kota-kota, dibutuhkan proses pasteurisasi dan pendinginan yang mahal.

Hambatan ini memotivasi Rollefson untuk mendirikan perusahaan susu unta Kumbhalgarh pada tahun 2010. Perusahaan ini mengumpulkan sekitar 130 galon susu setiap minggunya dari penggembala Raika. Susu dibekukan, dikemas dengan es, dan dijual ke berbagai pasar di kota-kota.

Baca Juga: Bagaimana Unta Arab Bisa Berjalan Berminggu-minggu di Gurun Tanpa Air?

Pada tahun 2016, Shrey Kumar mendirikan Aadvik Foods, sebuah perusahaan rintisan yang berbasis di Delhi. Dikumpulkan dari para gembala Raika, Aadvik mulai menjual susu unta beku melalui pesanan secara daring. Ini merupakan perusahaan pertama di India yang meluncurkan susu unta bermerek serta susu bubuk unta. “Susu unta adalah ceruk pasar yang dapat terus berkembang,” kata Kumar.

Perusahaan susu unta terbukti menguntungkan di negara bagian terdekat lainnya, termasuk Gujarat. Di sana penggembala unta dari wilayah Kutch bermitra dengan Amul dan meluncurkan susu unta tahun 2019. Amul juga menjual susu bubuk unta, es krim susu unta, dan cokelat.

Untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat, 60 hingga 70 penggembala unta memerah hampir 2.000 unta. Bisnis ini bernilai antara 40 hingga 50 juta, kata RS Sodhi, direktur pelaksana Amul.

Namun, mengembangkan industri susu unta bukanlah satu-satunya solusi yang dibutuhkan Raika. Undang-undang tahun 2015 menutup mata pencaharian utama Raika, suku ini juga membutuhkan lebih banyak akses ke lahan penggembalaan unta.

Dukungan pemerintah pun sangat diharapkan untuk keberlangsungan hidup Raika. Seperti penggunaan unta dalam transportasi, promosi pariwisata berkelanjutan dengan unta, dan pendirian perusahaan susu yang dikelola pemerintah.

Budaya Raika membuat Bhanwarlal terus memelihara unta. “Ini yang sudah dilakukan nenek moyang kami dan saya berharap kami pun dapat meneruskannya,” ujarnya. Bagi Raika, memelihara unta adalah panggilan suci dan tidak bisa dibiarkan punah.

Baca Juga: Penelitian: Susu Unta Dapat Mengurangi Radang dari Penyakit Diabetes