Ekspansi Alam Semesta Berdampak Langsung pada Pertumbuhan Lubang Hitam

By Wawan Setiawan, Kamis, 11 November 2021 | 13:00 WIB
Gambar lubang hitam pertama, diterangi oleh materi yang jatuh. (Jean-Pierre Luminet)

Nationalgeographic.co.id—Selama 6 tahun terakhir, observatorium gelombang gravitasi telah mendeteksi adanya penggabungan lubang hitam, memverifikasi prediksi utama teori gravitasi Albert Einstein. Tapi ada masalah, banyak dari lubang hitam ini ternyata berukuran besar. Kini, tim peneliti dari University of Hawaii di Manoa, University of Chicago, dan University of Michigan di Ann Arbor, telah mengusulkan solusi baru untuk masalah ini, yaitu lubang hitam tumbuh seiring dengan perluasan semesta.

Sejak pengamatan pertama penggabungan lubang hitam oleh Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory (LIGO) pada tahun 2015, para astronom telah berulang kali dikejutkan oleh massanya yang besar. Meskipun mereka tidak memancarkan cahaya, penggabungan lubang hitam diamati melalui emisi gelombang gravitasi, yaitu riak dalam struktur ruang-waktu yang diprediksi oleh teori relativitas umum Einstein. Fisikawan awalnya memperkirakan bahwa lubang hitam akan memiliki massa kurang dari sekitar 40 kali Matahari, karena penggabungan lubang hitam muncul dari bintang-bintang masif, yang tidak dapat menyatukan diri jika mereka menjadi terlalu besar.

Observatorium LIGO dan Virgo, bagaimanapun juga, telah menemukan banyak lubang hitam dengan massa lebih besar dari 50 matahari, juga ada beberapa yang sebesar 100 matahari. Banyak skenario formasi telah diusulkan untuk menghasilkan lubang hitam besar seperti itu, tetapi tidak ada satu skenario pun yang mampu menjelaskan keragaman penggabungan lubang hitam yang diamati sejauh ini, dan tidak ada kesepakatan tentang kombinasi skenario formasi mana yang layak secara fisik.

Halaman selanjutnya...