El Nino Berdampak Pada Krisis Pangan

By , Kamis, 21 Mei 2015 | 13:30 WIB

Berdasarkan pengamatan para pakar meteorologi dan geofisika, El Nino sedang berlangsung di wilayah tropis di Samudera Pasifik. Efek fenomena yang bisa memicu kekeringan dan banjir itu mulai terasa di Brasil.

Di kawasan Amerika Selatan itu panen kopi sudah di ambang kegagalan. Kemudian di Australia, El Nino dapat berdampak buruk pada panen pisang dan tebu serta pada hewan ternak.

El Nino memiliki potensi untuk "mengganggu pasar pangan global", kata Dr Nick Klingaman dari Universitas Reading, Inggris.

Peneliti lain mengatakan saat ini masih terlalu dini untuk memprediksi kekuatan efeknya.

"Kemungkinannya El Nino tahun ini membawa efek sedang. Bagaimanapun, saya kira ada kesepakatan yang sama dari berbagai lembaga cuaca bahwa El Nino akan berlangsung,” kata Profesor Adam Scaife dari badan meteorologi Inggris.

Walau masuk kategori sedang, El Nino bisa berdampak buruk pada panen di berbagai belahan dunia. Pada 2002 lalu, misalnya, El Nino kategori sedang memicu musim kering di India yang menghancurkan panen kacang tanah dan padi.

“Selama ini setiap kejadian El Nino selalu berdampak pada harga makanan global. Ada kecenderungan harga-harga naik sebesar 5% hingga 10% untuk produk-produk seperti kopi, kacang kedelai dan kakao,” kata Dr Nick Klingaman dari Universitas Reading, Inggris.

Kekeringan dan badai salju

El Nino yang terjadi lima tahun lalu membawa musim kering di Asia Tenggara, kekeringan di Australia selatan, Filipina dan Ekuador, badai salju di AS, gelombang udara panas di Brasil, serta banjir parah di Meksiko.

Profesor Eric Guilyardi dari Universitas Reading meangatakan prediksi awal menunjukkan kekuatan El Nino bakal mirip dengan tahun 2009/2010, bahkan sekuat kejadian pada tahun 1997/1998 yang sangat ekstrem.

Namun dia memperingatkan bahwa “setiap El Nino berbeda-beda dan dampaknya pun berbeda”.

Wilayah laut yang menghangat juga akan berimbas pada cuaca global.

“Suhu global sekarang sedang tinggi-tingginya dan sebagian dikarenakan El Nino yang akan terjadi,” kata Scaife.

Peningkatan (El Nino) dan penurunan (La Nina) suhu permukaan laut secara periodik di Samudra Pasifik adalah tahapan yang secara alamiah terjadi.

Tahapan ini menyebabkan perubahan posisi angin kencang, yang kemudian mengubah pola suhu dan curah hujan di sejumlah tempat dunia.

Penelitian menunjukkan semakin tingginya suhu bumi, semakin parah pula dampak yang diakibatkan El Nino.

Perkiraan menunjukkan bahwa perubahan iklim dapat meningkatkan kejadian El Nino ekstrem hingga dua kali lipat setelah tahun 2050.