Bio-Diesel Dari Minyak Jelantah
Tidak mau kalah, Pusat Studi Energi (PSE) UGM merintis produksi “Biosolar B15”, biodiesel dari jelantah / limbah minyak goreng dari pedagang kaki lima. Dinamai B15 karena menjadi campuran solar sebanyak 15 persen biosolar.
Kepala PSE UGM, Dr. Deendarlianto mengatakan minyak jelantah dipilih karena melihat potensi Yogyakarta sebagai daerah kawasan wisata kuliner yang memiliki ribuan pedagang kali lima, dengan limbah 10-15 liter minyak jelantah per hari per pedagang.
“Ada 3,6 ton minyak jelantah yang bisa dihasilkan setiap harinya dan bisa dimanfaatkan jadi energi biodiesel,” katanya.
Saat ini, PSE UGM hanya mampu memproduksi 150 liter biosolar dengan harga dibawah solar Pertamina. Tetapi bakal ditingkatkan produksinya dengan menggandeng lebih banyak PKL dan perusahaan otobus.
“Biodiesel ini sumber energi terbarukan. Kita juga akan memanfaatkan dari limbah kayu bakar. Apa yang kita lakukan ini sebagai langkah awal dari upaya mewujudkan kemandirian energi nasional,” katanya.
Sementara itu, Peneliti Sumber Energi Alternatif, Arief Budiman, mengatakan pengolahan biosolar sangatlah sederhana, sehingga PKL bisa membuat dan digunakan sendiri atau dijual kepada pemilik kendaraan, yang dapat menambah penghasilan mereka.
Biosolar B15 dibuat dengan mencampur jelantah dengan metanol disertai katalis, yang dipanaskan dengan suhu diatas 70 derajat celsius. Setelah lebih dari satu jam, hasil campuran itu akan menghasilkan dua lapisan yakni biodiesel dan gliserol.
“Satu liter jelantah bisa menghasilkan 90 persen biodiesel dan sisanya gliserol,” katanya
PSE telah melakukan uji laboratorium dan uji mesin sesuai standar SNI pada Biosolar B15. Dengan dukungan USAID, Biosolar B15 dikembangkan bekerja sama dengan Warung spesial Sambal dan Asosiasi PKL, beberapa perusahaan otobus seperti Trans Jogja dan Bimo Transport.