5 Foto Paling Ikonis di Abad 20

By , Kamis, 21 Mei 2015 | 16:45 WIB

“Abad 20 merupakan abad fotografi,” kata Mattie Boom, kurator fotografi di Rijksmuseum di Amsterdam. “Melebihi lukisan atau seni patung, fotografi merupakan bentuk seni paling berpengaruh di abad itu. Ketika kamera Kodak pertama diluncurkan tahun 1888, 5.000 unit terjual. Pada tahun 1960-an, Kodak menjual 70 juta kamera instan. Jadi, fotografi di abad 20 sangatlah besar. Dan sekarang, kita terbenam dalam lautan foto.”

Kami berdiri di tengah-tengah Modern Times (Zaman Modern), sebuah pameran baru yang mencatat sejarah fotografi pada abad 20. Dari 30.000 foto simpanan Rijksmuseum di area ini, Boom dan kurator pendampingnya, Hans Rooseboom, memilih 400 foto yang memukau yang membantu untuk membentuk narasi yang koheren tentang pokok cerita yang berpotensi panjang dan berbelit-belit ini.

“Sekarang setelah ada jarak dari abad itu, kami ingin melihat fografi di abad 20 dengan pandangan yang baru,” kata Boom. “Jadi pameran ini menyertakan banyak jenis aplikasi fotografi: sampul rekaman, perangko, buku, majalah – semua yang tercakup. Fotografi memang naik daun di abad 20 –dan juga bangkit sebagai jenis seni.”

Pameran dibagi-bagi ke dalam tema seperti fotografi amatiran, kebangkitan foto jurnalisme, liputan perang, eksperimentasi, dan hasil karya komersial. Karya-karya itu mencakup foto dari banyak ahli media fotografi, termasuk Brassaï, Jacques-Henri Lartigue dan William Klein.

Berikut ini lima foto pilihan saya, yang menonjol dan mewakili aspek penting pameran ini.!break!

Berpacu; Kuda Thoroughbred Bay, Bouquet (sekitar 1885-87)

Eadweard Muybridge (1830-1904) (rijksmuseum)

Foto paling tua di pameran ini sebenarnya tidak diproduksi di abad 20. Pada tahun 1887, warga Inggris yang eksentrik yang menjadi pelopor fotografi Eadweard Muybridge (namanya ketika lahir adalah Edward Muggeridge) menerbitkan 11 volume dari 11 Animal Locomotion yang monumental, yang terdiri atas 781 piringan gravir. Di antara piringan itu ada sekuen memukau yang menangkap gerakan kuda berpacu.

Foto Muybridge ini bukan hanya berpengaruh terhadap para fotografer yang kemudian bermunculan, tetapi juga terhadap para artis modern seperti Francis Bacon. Foto-foto ini ketika dilihat lagi tampaknya menjadi peramal akan munculnya film, dan menawarkan cara baru dalam memvisualisasikan dunia, dengan lebih akurat daripada mata manusia.

Di piringan ini, misalnya, Muybridge menjawab pertanyaan penting apakah kuda yang berpacu kencang selalu menjajakkan satu kakinya ke tanah atau tidak. Seperti bisa dilihat, jawabannya tidak, tetapi malah sesaat 'mengapung' di udara.

Pemandangan dari Jembatan Transbordeur, Marseilles (1929)

László Moholy-Nagy (1895-1946) (Dibeli dengan dukungan Baker & McKenzie dan Vereniging Rembrandt, dengan tambahan dana dari Prins Bernhard Cultuurfonds) (rijksmuseum)

Salah satu foto abad 20 paling bergengsi dalam koleksi Rijksmuseum adalah foto terkenal karya artis eksperimental Hungaria, László Moholy-Nagy, yang mengajar di Bauhaus selama tahun 1920-an. Pada mulanya foto ini terlihat hampir seperti foto abstrak. Hanya perlahan-lahan kemudian, dengan dipandu oleh judulnya, mereka yang melihat foto ini mengenali subjek foto: pemandangan melalui rangka-rangka besi jembatan pengangkut Transbordeur di Marseilles ke sebuah kapal layar yang cerah yang melawati air di bawah jembatan.

Sudut pandang yang tidak biasa, dan mula-mula membingungkan. Ketertarikan pada bentuk-bentuk geometris dinamis, pemujaan atas rekayasa canggih -dan semua hal semua dalam foto ini- menunjukkan kepedulian artis modernis klasik. Selain itu, foto juga tidak dimaksudkan untuk menghiasi buku. Ini adalah foto yang menuntut untuk dipandang sebagai sebuah karya seni otonom.!break!

Électricité (Listrik) (1931)

Man Ray (1890-1976) (Dibeli dengan dukungan Baker & McKenzie). (rijksmuseum)

László Moholy-Nagy bukanlah satu-satunya penganut paham Modernisme yang bereksperimen dengan fotografi. Reputasi artis inventif Amerika, Man Ray, terletak pada ‘rayograf’ (atau fotogram) avant-garde-nya, yang diproduksi tanpa kamera dengan menempatkan objek ke lembaran kertas peka cahaya (sensitised paper) sebelum memaparkannya ke cahaya.

Gambar sensual ini didapatkan dengan menumpukkan fotogram pita yang menyerupai gambar aliran listrik (dan juga hasrat erotis) di atas foto bagian tubuh telanjang, yang menyerupai patung klasik tetapi sebenarnya merupakan tubuh kekasihnya Lee Miller. Ini merupakan satu dari dua foto telanjang dalam portofolio yang dinamai Électricité (Listrik), yang dibuatnya untuk perusahaan listrik CPDE di Paris pada tahun 1931.

Man Ray -yang tidak ingin menonjolkan karya komersialnya- tidak menyebutkan karya yang dikomisikan kepadanya ini dalam otobiografinya. Namun, serangkaian foto menggoda -yang menawan seperti alam mimpi dan dicetak dalam 500 edisi khusus ini- mengingtakan kita bahwa foto komersial tidak berarti harus buruk secara artistik.

“Saya tidak memotret alam,” kata Man Ray suatu saat, “Saya memotret fantasi saya.”

Gadis Berjongkok/Spider Girl, New York (1980)

Helen Levitt (1913-2009) (Koleksi Rijksmuseum, dibeli dengan dukungan Baker & McKenzie Amsterdam NV). (rijksmuseum)

Fotografer Amerika William Eggleston (lahir tahun 1939) sering kali dipuji karena memaksakan masuknya foto berwarna ke ranah seni murni. Pamerannya yang terkenal di Museum of Modern Art di New York pada tahun 1976 dikecam oleh koran The New York Times sebagai 'pertunjukan [fotografi] yang paling dibenci tahun itu'.

Namun rekan senegaranya -fotografer dokumenter dan pembuat film, Helen Levitt, yang pemalu dan autodidak- juga memainkan peran besar dalam kampanye untuk membuat diterimanya fotografi berwarna. Dalam foto cantik yang diambil tahun 1980 ini, Levitt membingkai seorang gadis kecil berjongkok seperti laba-laba yang meringkuk di dekat trotoar di New York.

Subjek cerita foto mengingatkan pada fotografi hitam putihnya atas jalan-jalan di tahun 1940-an dan 1950-an, yang lebih banyak dikenal orang. Berkat perkembangan pesat kamera portabel, foto jalanan -yang ditandai oleh sikap yang tampaknya lebih biasa terhadap pengambilan foto- menjadi salah satu ragam yang paling penting dan berpengaruh dalam seni media ini di abad ke-20.!break!

Giallo (2013)

Viviane Sassen (b 1972) (Dibeli dengan dukungan dari Keluarga W. Cordia/Rijksmuseum Fonds). (rijksmuseum)

Viviane Sassen, seorang seniman Belanda memukau yang dibesarkan di Kenya, mulai terkenal sebagai fotografer dunia mode. Instalasi yang mencolok mata -yang memaparkan sekitar 350 karyanya di bidang ini dari dua dekade lalu- dipajang akhir tahun lalu di Photographers’ Gallery di London. Baru-baru ini, hasil karyanya sebagai fotografer dokumenter -yang sering didanai oleh pekerjaannya memotret dunia mode- juga membuatnya menjadi nama yang dikenal di kalangan seni kontemporer. Dia, sebagai contoh, diikutsertakan dalam pameran utama bergengsi di Biennale, Venesia tahun lalu.

Karyanya terbaru yang muncul dalam pameran di Rijksmuseum, Giallo, berasal dari rangkaian sekitar 50 foto ketika Sassen mendokumentasikan kehidupan 4.000 penduduk sebuah desa terpencil Pikin Slee yang terletak di pedalaman hutan tropis di Suriname, di Amerika selatan. “Ini adalah orang-orang keturunan dari orang-orang Afrika Barat yang dibawa oleh Belanda ke sana sebagai budak,” kata Sassen. “Mereka melarikan diri dari perbudakan dan masuk ke hutan. Di sana mereka mendirikan pemukiman mereka sendiri, dan itulah yang membuat berdirinya desa seperti Pikin Slee ini.”

Seperti Man Ray -yang karya-karyanya dikagumi Sassen (“Ray merupakan contoh menarik bagaimana fotografi dapat menyeberangi berbagai bidang,” katanya)- Sassen juga mampu melompati kemungkinan pertentangan antara fotografi komersial dan seni murni.

“Banyak orang masih memiliki gagasan bahwa artis harus memiliki panggilan yang luhur,” katanya, “seolah-olah kita harus menderita di ruangan kecil kita demi membuat hasil karya yang menakjubkan. Pada saat yang bersamaan juga selalu ada sisi komersial yang gila dari seni. Saya hanya mencoba melakukan apa yang saya sukai –yaitu membuat foto. Seni saya adalah apa yang dekat dalam hati saya, apa yang saya rasakan paling kuat –sementara dunia mode merupakan tempat bermain saya, di sana saya mendapat kesibukan karena saya suka memotret.”