Dengan empulur yang direbus, mereka bisa memberi tenaga kepada satu buah lampu LED hingga 500 jam, dengan syarat empulur itu tetap dalam keadaan basah. “Saya rasa kentang punya arus listrik yang lebih baik, tapi empulur palem gratis, kita di sini membuang-buangnya,” kata Jayasuriya.
Bagaimanapun beberapa pihak skeptis terhadap tenaga kentang ini, “Dalam kenyataannya, baterai kentang esensinya seperti baterai biasa yang bisa Anda beli di toko,” kata Derek Lovley dari University of Massachusetts, Amherst. “Hanya menggunakan matriks yang berbeda.”
Kentang membantu menghalangi energi hilang dalam bentuk panas, tetapi bukan sumber utama energi itu sendiri –yang sebenarnya didapat dari proses berkaratnya seng. “Ini adalah pengorbanan, logam selalu berkarat seiring dengan waktu,” kata Lovley. Ini artinya, Anda harus mengganti seng –dan tentu saja kentang atau empulur palem itu– seiring dengan waktu.
Tetap saja, seng harganya murah di banyak negara berkembang. Dan Jayasuriya berpendapat ini bisa tetap lebih efisien harganya ketimbang lampu minyak tanah. Elektroda seng yang bisa bertahan selama lima bulan sama harganya dengan satu liter minyak tanah -yang bisa memberi energi rata-rata satu keluarga di Srilanka selama dua hari. Kita juga bisa memakai elektroda lain seperti magnesium atau besi.
Tapi para penganjur kentang harus memecahkan masalah lain sebelum ide mereka jadi tren, yaitu persepsi konsumen mengenai kentang. Dibandingkan dengan teknologi modern seperti tenaga surya, kentang tampaknya masih kurang menarik sebagai sumber energi.
Gaurav Manchanda -pendiri One Degree Solar, yang menjual sistem tenaga surya mikro di Kenya- mengatakan bahwa orang membeli produknya dengan alasan lebih dari sekedar efisiensi dan harga. “Mereka ini adalah konsumen utama. Mereka perlu untuk melihat nilai di dalamnya, tak hanya kemampuan kerjanya, tapi juga statusnya,” ia menjelaskan. Pada dasarnya, orang tak berminat memamerkan baterai kentang mereka untuk membuat para tetangga kagum.
Tetap saja, tak bisa dipungkiri bahwa ide baterai kentang bisa berhasil, dan tampaknya murah. Para penganjur tenaga kentang, tak diragukan, akan terus menjalankannya.