Lepas dari kemungkinan bahwa suara trompet misterius yang bikin heboh akhir-akhir ini sengaja dibuat, fakta bahwa Bumi menghasilkan bunyi tidak terbantahkan. Percaya atau tidak percaya, Bumi kita memang bicara.
Salah satu suara paling misterius disebut hum. "Suaranya mirip dengungan. Seperti bunyi mesin yang terdengar dari kejauhan," ungkap Thomas Djamaluddin, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.
Makalah David Deming dari College of Geosciences, University of Oklahoma, di Journal of Scientific Exploration Volume 18 No 4 tahun 2004 mengungkap bahwa hum terdengar di banyak wilayah di dunia. (Baca juga Benarkah Suara Terompet Itu Adalah "Hum"?)
Laporan hum pertama datang dari Inggris. Tahun 1940-an, lebih dari 2.000 orang di London dan South Hampton mendengar suara tersebut. Sementara tahun 1950-an, koran Skotlandia, Sunday Herald, melaporkan adanya orang-orang yang mendengarkan mirip dengung dan desis tak biasa.
Hum pertama yang dilaporkan di Amerika Serikat adalah di Taos, New Mexico, tahun 1991. Sejak itu, hum dilaporkan di banyak negara bagian Amerika Serikat. Tahun 1996, hum didengar oleh warga Massachusetts.
JH Mully dan JP Kelly, peneliti dari University of New Mexico, pernah melakukan studi untuk mengetahui persentase orang yang bisa mendengar hum. Dalam makalah di jurnal Echoes tahun 1995, keduanya mengungkap bahwa hanya ada 2 persen populasi yang bisa mendengarnya.
Sejumlah orang itu mendengar hum secara terus menerus paling tidak beberapa kali dalam seminggu. Pendengar hum yang seorang musisi mengungkap, frekuensi suara itu sekitar 41 Hz. Sementara, pendengar yang seorang teknisi mengatakan, frekuensi hum antara 30-80 Hz.
Sebanyak 75 persen dari pendengar hum yang melaporkan adalah perempuan sehingga ada kesimpulan bahwa perempuan lebih peka terhadap bunyi hum. Namun demikian, data itu juga dinyatakan tak cukup konsisten.
Bagi sebagian orang, hum bisa sangat menyiksa. "Anda akan merasa kepala akan meledak. Ada satu malam di mana saya merasa kepala saya seperti pengering yang berputar sepanjang malam, seolah-olah otak saya bergetar di dalam kepala," demikian laporan salah satu pendengar hum yang dikutip Deming.
Tahun 1992, Deming menulis, seorang pendengar hum mengatakan, "Tahun lalu hum hampir membuat saya bunuh diri. Hum menghabiskan energi, membuat stress dan kurang tidur. Saya minum penenang dan tak tahu lagi berapa malam yang saya habiskan untuk memegang kepala dan menangis."
Sejumlah riset dilakukan untuk mengungkap sebab musabab hum. Dahulu, hum pernah dianggap sebagai delusi semata. Selain itu, hum dianggap sama dengan denging telinga dan sebenarnya hanya didengarkan oleh para penderita tinnitus di mana telinga berdenging tanpa henti.
Namun, pada tahun 2003, sebuah penelitian melaporkan bahwa hum disebabkan oleh suara-suara berfrekuensi kecil yang ada di kota-kota industri besar. Alat-alat itu menghasilkan suara yang pada satu waktu bisa didengar.
Di Kokomo, Indiana, misalnya, hum pernah dinyatakan sebagai akibat dari penggunaan kompresor dan kipas pendingin. Laporan awal menyebutkan bahwa ketika alat itu dimatikan, hum hilang.