Sebagian besar pengguna internet pasti pernah "bertanya" alias mencari informasi lewat Google, tak terkecuali di Indonesia. Para netter Tanah Air sampai menjuluki mesin pencari itu sebagai "Mbah Google", layaknya orang tua bijak yang tahu segala.
Soal ini, Consumer Marketing Manager Google Indonesia Sandy Tantra mengungkapkan bahwa pihaknya acapkali melihat adanya pertanyaan-pertanyaan unik yang diajukan warga Indonesia kepada si "mbah". Beberapa di antaranya bisa menimbulkan keheranan atau bahkan mengundang senyum.
Dia mencontohkan saat Ujian Nasional tingkat SMA/ SMK pada 13 April 2015. Rupanya ketika itu ada banyak orang—kemungkinan siswa SMA/ SMK—yang ingin berdoa menjelang pelaksanaan ujian, namun tidak tahu apa yang harus diucapkan.
Alih-alih bertanya kepada orang lain, mereka pun beralih kepada si "mbah".
"Hari itu, pada pukul 4 pagi, kami menangkap adanya lonjakan pencarian 'doa untuk ujian nasional'," kata Sandy saat bertemu sejumlah jurnalis di markas Google Indonesia, bilangan Senayan, Jakarta, Kamis (28/5) lalu, sambil menunjukkan grafik Google Trends dari tanggal tersebut.
Contoh lainnya, pada pertandingan tinju antara Manny Pacquiao dan Floyd Mayweather awal bulan Mei, netter Indonesia juga getol mencari informasi seputar pertandingan. Namun rupanya bukan sosok kedua petinju yang menjadi perhatian utama.
"Yang paling banyak dicari malah soal lain, seperti 'istri Manny Pacquiao' dan 'kekayaan Manny Pacquiao'," terang Sandy.
Search engine Google memang telah berevolusi menjadi sarana pencarian informasi yang banyak diandalkan oleh para netizen, termasuk di Indonesia. Menurut Sandy, tren ini belakangan cenderung meningkat seiring dengan makin maraknya penggunaan smartphone untuk mengakses internet.Smartphone seringkali menjadi "layar kedua" yang sering ditengok ketika penggunanya sedang melakukan aktivitas lain, seperti menonton film di televisi atau bioskop.
"Demikian juga saat kita sedang menyetir di perjalanan, smartphone kita sering mencari berbagai informasi seperti penutupan jalan lewat internet. Dalam hal ini Google kembali berperan," kata Sandy.
Ingin jadi '"sobat"
Lama-kelamaan, Sandy mengatakan bahwa perilaku netizen Indonesia dalam memanfaatkan mesin pencari Google mengalami perubahan. Pengguna seringkali mengetik pertanyaan yang lebih panjang, dan menggunakan gaya bahasa yang lebih kasual seperti berbicara dengan seorang teman.
"Seringkali kita mencari sesuatu dengan Google dengan bahasa kasual yang mirip seperti ketika bicara ke teman sendiri, misalnya 'artis X ini siapa sih'", jelas Sandy.
Perubahan perilaku ini mengilhami Google untuk menyematkan kemampuan mengerti berbagai macam gaya bahasa—termasuk dalam bahasa Indonesia—pada layanan mesin pencari miliknya.
Kemampuan itu ditambahkan pula di Google App untuk lebih merangkul pengguna smartphone yang makin banyak di Indonesia.
Google App adalah aplikasi bawaan ponsel Android (juga tersedia di iOS) serupa personal assistant Siri atau Cortana yang mampu menanggapi input dari pengguna terkait aktivitas pencarian informasi di internet. Aneka rupa informasi sanggup dicari dan disajikan olehnya, mulai dari informasi cuaca dan resep makanan hingga rute terdekat untuk kembali ke rumah.
Cara membukanya pun gampang. Setelah melalui beberapa pengaturan, Google App bisa dipanggil kapanpun dengan mengucap kata kunci "OK Google".
Ia juga mampu mengantisipasi informasi yang dibutuhkan sebelum diminta. Google App, misalnya, bakal mengingatkan pengguna soal jadwal penerbangan pesawat. Ini dimungkinkan karena Google App mampu mengakses segala macam informasi yang terkait dengan akun Google pengguna, termasuk e-mail dan kalender.
Melalui Gogole App, pihak Google berharap layanan search engine miliknya bakal lebih dekat dengan netizen, berubah dari "mbah" yang sekedar menjadi tempat bertanya menjadi "sobat" yang selalu sigap di ponsel ketika dibutuhkan.
"Maksudnya ingin dijadikan 'teman baik', helpful buddy yang selalu siap membantu," ujar Sandy.