Pengalaman Tahera yang ditulis di akun Facebook miliknya itu kemudian beredar dan menjadi viral di dunia maya. Netizen banyak yang mengecam United Airlines atas diskriminasi yang dialami Tahera Ahmad. Tidak hanya itu, banyak juga netizen yang menyuarakan ancaman boikot terhadap United Airlines, terutama dari komunitas muslim di AS.
Saat dikonfirmasi Guardian, juru bicara United Airlines Charles Hobart mengaku sudah menghubungi Tahera Ahmad untuk memberikan penjelasan "atas apa yang dialaminya dalam penerbangan itu".
Hobart mengatakan, United sedang mendiskusikan atas insiden yang dituduhkan Tahera dengan Shuttle America, mitra regional yang mengoperasikan pesawat.
Namun, Republik Airways selaku pemilik Shuttle America belum bersedia memberikan komentar terkait kebijakan penyajian minuman kepada penumpang. Administrasi Penerbangan Federal memang memiliki kebijakan terkait minuman kaleng untuk minuman beralkohol. Tapi tidak dijelaskan secara spesifik mengenai minuman apa saja yang diatur dalam regulasi itu.
Tahera Ahmad kepada Chicago Sun Times mengaku sudah mendapatkan permintaan maaf dari pramugari yang bersangkutan, atas nama pribadi dan penumpang lain. Pramugari itu mengaku "telah mengetahui bahwa itu perbuatan tidak sopan dan seharusnya tidak mengatakan apapun".
Perlu diketahui juga, United Airlines merupakan maskapai yang pesawatnya dibajak dalam peristiwa 9 September 2011. Pesawat United Airlines penerbangan 175 merupakan salah satu pesawat yang dibajak oleh pelaku teror, yang kemudian digunakan untuk menabrak menara selatan WTC, sekaligus menewaskan seluruh 65 penumpang di dalamnya.
Setelah peristiwa itu, sejumlah maskapai di AS, terutama United Airlines memang memperlakukan kebijakan ketat terkait keamanan. Namun, tentu kebijakan itu tidak bisa dijadikan alasan untuk melakukan diskriminasi.