Apakah Perusahaan Kertas Indonesia Dapat Menjadi Pahlawan untuk Hutan Kita?

By , Kamis, 4 Juni 2015 | 16:45 WIB

Ida Bagus Putra Parthama, direktur jenderal di kementerian perhutanan, memuji kebijakan baru April itu. Kendati demikian, dia tidak melihat adanya urgensi untuk mendorong perusahaan-perusahaan lain melakukan hal yang sama.

"Bila apa yang dilakukan April sukses dan pada saat bersamaan bisa kompetitif, kita bisa meminta perusahaan lain untuk melakukan itu. Namun kita masih harus meninjau apakah kita bisa mengharuskan perusahaan-perusahaan lain untuk lebih banyak melestarikan," katanya.

!break!

Peta sisa tutupan hutan Indonesia via Google Earth, sebagaimana diteliti oleh University of Maryland. (Google Earth)

Sejumlah pegiat lingkungan mengatakan kalaupun pemerintah menerapkan larangan penebangan hutan yang lebih ketat, kecil kemungkinan aturan itu bisa diterapkan karena anggaran konservasi hutan yang minim serta kapasitas penegakan hukum yang buruk di Indonesia.

Untuk mengurangi penggundulan hutan di Indonesia, para aktivis lingkungan hidup mendorong perusahaan-perusahaan besar untuk berkomitmen melindungi hutan dan memastikan mereka memiliki kebijakan yang sama hingga tingkatan yang paling rendah.

"Lahan konsevasi di Indonesia bahkan masih ditebangi, kadang-kadang tidak jelas oleh siapa," kata Nyoman Iswarayoga dari WWF-Indonesia. "Jadi kami meminta perusahaan-perusahaan besar untuk tidak membeli material dari pihak ketiga yang menebangi hutan."

Pulau Sumatra, tempat April beroperasi, telah kehilangan 75% hutannya sebagian besar karena produksi minyak sawit. Kebanyakan hutan-hutan yang tersisa di Indonesia terletak di Pulau Kalimantan dan Papua, yang kaya akan minyak, batu bara dan mineral.

Indonesia adalah produsen minyak sawit terbesar di dunia, produsen batu bara lima besar di dunia, serta sepuluh terbesar untuk produksi kertas dan bubur kertas. Mengimbangi kebutuhan untuk meningkatkan produksi dan pada saat bersamaan melestarikan lingkungan masih menjadi tugas sulit bagi pemerintah.