Kisah Pendaki Australia yang Terjebak Saat Gempa Bumi di Gunung Kinabalu

By , Senin, 8 Juni 2015 | 10:05 WIB

Pendaki asal Australia terjebak di Gunung Kinabalu Malaysia bersama lebih dari 100 orang pendaki lainnya ketika gempa bumi 6 skala richter mengguncang kawasan itu, Jumat (5/6). Mereka berada di puncak gunung itu selama sembilan jam tanpa bantuan tim Search and Rescue (SAR). Mereka mengeluhkan buruknya kinerja tim SAR setempat dalam menolong korban.

Pendaki Australia tersebut, Vee Jin Dumlao, bersama yang lain memutuskan untuk turun dari gunung sendiri tanpa menunggu tim SAR. Namun, mereka terperangkap dalam cuaca buruk sehingga rencana tersebut batal dilakukan.

"Kami baru saja menyelesaikan pendakian ke puncak, dan kami berencana segera turun. Ketika tengah berfoto, kami mendengar suara ledakan keras dan merasa tanah bergetar," kisah Dumlao, seorang psikolog klinis, kepada ABC.

Meskipun awalnya tenang, tetapi Dumlao mulai panik ketika kelompok itu mendapat informasi bahwa gempa telah menghancurkan rute mereka untuk pulang.

"Ketika tim pemandu kembali setelah mengisi air botol minum, mereka mendapat kabar kalau telah terjadi longsor parah dan rute jalan pulang telah hancur dan upaya penyelamatan belum dapat dipastikan," tutur Dumlao.

Menteri Pariwisata Sabah, Masidi Manjun, mengatakan bahwa tim penyelamat berhasil mengevakuasi 137 pendaki, termasuk dua orang asal Australia.

"Tim forensik dari Kepolisian Sabah telah tiba untuk membantu mereka," kata Masidi dalam akun Twitter-nya.

Namun klaim ini dibantah oleh Dumlao. Ia menyebut klaim itu sebagai lelucon. Menurut Dumlao, para pendaki harus menunggu bantuan selama sembilan jam di tengah cuaca buruk.

"Kabut pekat menjadi penghalang utama mengapa upaya evakuasi para pendaki di pagi hari sempat tertunda, namun cuaca di puncak Kinabalu kembali cerah pada sore harinya," kata Dumlao kepada ABC.

Menteri Pariwisata Masidi Manjun menulis kicauan di Twitter tentang gempa bumi yang terjadi di dekat Gunung Kinabalu. (Twitter)

Meski cuaca sudah kembali cerah, para pendaki dan pemandu diberitahukan oleh pejabat setempat bahwa upaya evakuasi mereka baru bisa dilakukan besok pagi.

"Padahal kami para pendaki yang terjebak tidak memiliki perlengkapan untuk menginap, dan itu lokasi yang terbuka tidak ada tempat untuk berteduh, dan mengingat kawasan itu rawan longsor, maka resiko yang kami hadapi semakin parah," kata Dumlao.

"Banyak pendaki mulai mengalami hipotermia, karena cuaca sangat dingin dan mulai turun hujan ditambah lagi kami belum makan sejak siang hari," katanya.

"Karena itulah pemandu kami mengatakan tim SAR tidak akan datang, kita harus menyelamatkan diri sendiri untuk segera turun gunung saat itu juga," katanya.

Setelah para pendaki tiba di Laban Rata, Dumlao melihat banyak petugas SAR tak berseragam di kota itu namun dalam kondisi 'chaos'.

"Tim SAR terlihat tak beraturan, banyak dari personel SAR yang tampak duduk santai atau berdiri saja tidak memberikan pertolongan padahal mereka hanya berjarak 5 jam saja dari puncak gunung,"

"Upaya bantuan yang diklaim pemerintah tak ubahnya lelucon saja," kata Dumlao.

Tak heran, Dumlao mengatakan pemandu jalan jauh lebih berperan menolong pendaki yang terjebak ketimbang tim SAR.

"Para pemandu pendakian di Gunung Kinabalu adalah pahlawan kami dalam evakuasi ini. Mereka mempertaruhkan nyawa mereka dan mengambil keputusan sulit yang pada akhirnya menyelamatkan hidup kami meski tanpa pengakuan dari otoritas setempat,' katanya.

Gempa bumi berkekuatan 6 SR mengguncang Gunung Kinabalu, salah satu tujuan pariwisata populer di Malaysia.

Gempa yang tercatat sebagai salah satu gempa terkuat di Malaysia dalam beberapa dekade terakhir ini memicu tanah longsor dan runtuhnya batu-batu granit berukuran besar dari puncak gunung setinggi 4.095 meter itu.

Tim SAR mencatat ada 13 orang korban tewas dan enam masih dinyatakan hilang di puncak gunung tertinggi di kawasan Asia Tenggara tersebut.

"Total kami menemukan 13 jenazah, dua ditemukan hari Jumat kemarin dan hari ini kami kembali menemukan 11 jenazah. Enam orang masih kita cari. Saya tidak dapat memastikan dari mana mereka berasal," kata Mohammad Farhan Lee Abdullah, Kepala Kepolisian Kota Ranau di dekat Gunung Kinabalu.

Di antara korban tewas adalah pelajar berusia 12 tahun asal Singapura, yang diidentifikasi bernama Wee Ying Ping Peony. Ia adalah salah satu peserta trekking dari sebuah kelompok berjumlah 40 orang.

Pendaki yang terjebak di puncak Gunung Kinabalu tercatat berasal dari 16 negara, termasuk 117 warga Malaysia, 38 warga Singapura, 5 warga Amerika, empat Belanda, tiga Inggris, dua Prancis dan dua warga Australia.

Di laporkan juga ada sejumlah wisatawan dari Belgia, Thailand, Filipina, Kazakhstan, India, Selandia Baru, Korea Selatan, Denmark dan Tiongkok.