Bangsa Inuit, yang melihat aurora lebih sering, menganggap cahaya aurora sebagai roh-roh yang bermain di langit. Beberapa dari mereka akan memberitahu anak-anak agar tidak bermain di luar pada malam hari, karena aurora akan menghilang dan membawa pergi mereka.
Di belahan bumi selatan, orang-orang Maori dan Aborigin Australia menganggap aurora sebagai kebakaran di dunia roh.
Anehnya, sastra Nordik dan Icelandic lama tampaknya tak banyak menyebutkan tentang aurora. Bangsa Viking menganggap aurora mungkin kebakaran yang mengelilingi ujung dunia, emanasi lidah api dari es kutub utara, atau refleksi dari matahari ketika melintasi sisi lain bumi. Ketiga pemikiran tersebut dianggap rasional, penjelasan non supranatural pada periode abad pertengahan.
6. Api yang Dingin
Aurora terlihat seperti api, akan tetapi tak terasa seperti api. Meskipun suhu di atas atmosfer dapat mencapai ribuan derajat Fahrenheit, panas didasarkan pada kecepatan rata-rata dari molekul. Kepadatan udara begitu rendah saat aurora terjadi di ketinggian 60 mil (96 kilometer) ke atas, sehingga termometer akan mencatat suhu jauh di bawah nol.
7. Kamera melihat aurora lebih baik
Aurora relatif redup, dan cahaya yang lebih merah sering berada di batas dimana retina manusia dapat menangkapnya. Meskipun seringkali lebih sensitif, dengan pengaturan long-exposure dan langit yang benar-benar gelap, anda dapat mendapatkan beberapa gambar yang spektakuler dengan menggunakan kamera.
8. Fenomena aurora tak dapat di prediksi
Salah satu masalah yang paling sulit dalam Fisika surya adalah mengetahui bentuk Medan magnet di lontaran massa Korona atau Coronal Mass Ejection (CME), yang pada dasarnya adalah gumpalan besar dari partikel bermuatan yang dikeluarkan dari matahari. Lontaran massa korona tersebut memiliki magnet mereka sendiri. Masalahnya, hampir mustahil untuk mengetahui kemara medan lontaran menuju hingga terjadi tabrakan. Tabrakan menciptakan badai magnetik yang spektakuler dan menghasilkan aurora yang mempesona, atau bisa saja gagal sama sekali.