Reruntuhan Biara di Inggris Menjadi Pusat Pencarian Makam Raja Henry

By , Sabtu, 20 Juni 2015 | 11:00 WIB

Dari galian arkeologis yang menemukan kerangka Richard III di bawah tanah parkiran di Leicester, Inggris, sejarawan Inggris dan arkeolog kembali ke gereja dan halaman sekolah di kota Reading untuk mencari sisa-sisa Henry I, penguasa Inggris dari 1100 hingga 1135. Sekarang bangunan-bangunan modern menjulang di situs Biara Reading tua yang ditutup Tahun 1539.

John Mullaney, sejarawan lokal dan penulis Reading's Abbey Quarter: An Illustrated History (Scallop Shell Press, 2014), serta beberapa pembaca lokal bergabung bersa,a Philippa Langley dari Richard III Society, penulis naskah yang mengepalai pencarian raja yang hilang.

Walau para arkeolog gagal menemukan kerangka sang raja, eksplorasi di sekitar reruntuhan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan biara dan guna situs tersebut sebelum Henry I memerintahkan pembangunan biara itu.

!break!

Biara Henry

Henry I adalah putera keempat William Sang Penakluk, yang ketika detik-detik terakhir hidupnya, memberikan takhtanya kepada William II, anak pertamanya. Anak keduanya, Richard, meninggal sebelum dirinya. Anak ketiganya, Robert, mendapatkan takhta Normandy. Meninggalkan bagian barat Normandy kepada Henry, dari sang kakak. Setelah perkelahian antar saudara dan kematian William II tahun 1100, Henry menyerang kerajaan Inggris. Tahun 1106 ia menguasai Normandy. Robert, sang kakak, dikurung sampai ia meninggal 28 tahun kemudian.

Menurut sejarah resmi kerajaan Inggris, Henry I memusatkan administrasi dan pengumpulan pajak di Inggris. Tahun 1121, ia menemukan biara besar di Reading, di mana ia dikebumikan di depan Biara Reading setelah kematiannya tahun 1135--rumornya, ia terlalu banyak makan lamprey (sejenis belut).

Selama berabad-abad, Biara Reading menjadi salah satu rumah beragama terkaya di Inggris. Sejak tahun 1539 biara ini berpendapatan 2,000 poundsterling per tahun, meletakkannya di posisi atas dalam daftar rumah beragama terkaya di negara tersebut, kata Mullaney kepada Live Science.

Ketika masa kekuasaan Tudor raja Henry VIII, rumah beragama diserang oleh reformasi gereja yang mencela rumah-rumah tersebut, mengatakannya korup. Tahun 1531, Henry VIII menyatakan dirinya sebagai Kepala Agung Gereja Inggris--bagian dari upayanya untuk menceraikan enam istri pertamanya. Ini memberikannya kekuatan untuk menutup wihara dan menyita asetnya.

Biara Reading adalah salah satu korbannya. Kepala biara terakhirnya, Hugh Faringdon, berpegang pada pendiriannya melawan keputusan sang raja yang berupaya menutup biara tersebut. Ia kemudian dinyatakan telah berkhianat, dihukum gantung. 

!break!

Reruntuhan Biara

Biara tersebut pun runtuh kemudian dan tak lagi berharga. Selama Perang Saudara Inggris tahun 1642 hingga 1651, benteng dibangun dari beranda tua dan bagian tengah gereja. Beberapa tahun terakhir, reruntuhan biara telah menjadi tak stabil sehingga harus ditutup bagi publik.

Tujuan utamanya sekarang, Mullaney mengucapkan, adalah untuk mencari reruntuhan biara dan membukanya kembali untuk publik. Tim berharap mendapatkan Heritage Lottery Fund Inggris untuk tujuan ini, dan mencari dana pendamping.

Upaya kedua, yang disebut Hidden Abbey Proyek, bertujuan untuk mengamankan pendanaan untuk Ground Penetrating Radar (GPR) survei dari reruntuhan. GPR menggunakan radar untuk menunjukkan gambar-gambar bagian bawah permukaan, memperlihatkan benda-benda terkubur yang mungkin menarik di bidang arkeologi.