Penyebab Jatuhnya Pesawat Hercules Diduga Karena Dua Mesin Mati

By , Jumat, 3 Juli 2015 | 13:55 WIB

Dua baling-baling pesawat Hercules yang jatuh di Medan mengindikasikan bahwa dua mesinnya mati, sementara pesawat bermesin empat itu hanya masih bisa terbang jika hanya satu mesin yang mati, kata pengamat.

Kepala Staf Angkatan Udara, Marsekal Agus Supriatna mengatakan, tim investigasi terus mengumpulkan berbagai fakta untuk mencari penyebab jatuhnya pesawat Hercules C-130, Selasa (30 Juli) lalu. Kepada BBC, ia mengungkapkan temuan awal tim investigasi itu.

"Ya dari kondisi propeler (baling-baling) diduga ada mesin mati," kata Agus Supriatna kepada Alice Budisatrijo dari BBC.

Pesawat kehilangan daya, "pilot segera menyadari ada masalah dengan mesin, jadi minta untuk balik ke landasan dua menit setelah lepas landas," tambahnya.

Namun sebelum mencapai landasan yang berjarak sekitar tiga kilometer, pesawat menabrak menara pemancar radio Joy FM, yang tingginya 35 meter, karena mesin yang masih berfungsi tak memiliki cukup tenaga untuk mengangkat badan pesawat lebih tinggi. Pun jatuh dalam posisi terbalik. Agus Supriatna mengatakan kepada wartawan, menara itu berjarak hanya 3.200 meter dari bandara, dan dalam jarak itu seharusnya tak boleh dibangun menara setinggi itu.

Betapapun, kata Agus Supriatna itu baru temuan awal. "Bisa saja ada masalah lain, misalnya hidrolik atau elektrik," katanya kepada wartawan seperti dikutip Tempo

!break!
Warga berkerumun di lokasi jatuhnya pesawat Hercules milik TNI AU di Simalingkar B, Medan, Selasa (30/6). (Tarmizi Khusairi/Tribun Medan)

Dua mesin mati

Sementara itu, pengamat penerbangan Gerry Soejatman meyakini, mesin yang tidak berfungsi bukan satu, melainkan dua.

"Fungsi propeler itu untuk mendorong udara dari depan ke belakang. Bilah-bilahnya memiliki sudut yang jika diberi tenaga dari mesin, akan berputar dan mendorong udara ke belakang," papar Gerry.

"Kalau mesinnya mati, propeler itu akan menjadi hambatan (bagi lajunya pesawat). Maka kalau mesinnya mati, propeler itu akan disetel pada posisi feathered, yakni bilahnya ditempatkan agar arahnya sesuai arah angin, dan dengan begitu tidak menjadi hambatan bagi laju pesawat."

"Nah dari foto-foto tampak bahwa ada dua propeler yang dalam posisi feathered itu, yang menunjukkan bahwa ada dua mesin kemungkinan dalam keadaan mati."

"Hercules adalah pesawat bermesin empat, yang dirancang untuk terbang dengan minimum tiga mesin. Jadi jika sebuah mesinnya mati masih bisa terbang. Namun jika dua mesin yang mati, akan susah sekali bagi pesawat untuk tetap mengudara," papar Gerry Sujatman pula.

Ia mengakui, sebagai orang yang tak ikut terjun langsung melakukan penyelidikan, ia tak bisa menyimpulkan lebih jauh.