Negara Dipa dan Negara Daha,Cikal Bakal Kesultanan Banjarmasin

By , Rabu, 15 Juli 2015 | 11:00 WIB

Konsep keyakinan ini kemudian dikaitkan dengan pernikahan Putri Junjung Buih dengan Suryanata yang mana menggambarkan bersatunya alam atas dan alam bawah.Jika dikaitkan dengan konsep mikrokosmos dan makrokosmos,bisa dibilang masyarakat Dayak Ngaju meyakini bahwa Putri Junjung Buih dan Suryanata adalah perpanjangan tangan Tuhan untuk menata dunia.

Secara ekonomi,Negara Dipa merupakan kerajaan yang cukup baik.Meningat kerajaan ini mempunyai komoditas dagang yang cukup banyak seperti intan,emas,batu-batuan perhiasan,damar,lilin,rotan,gaharu,dan sebagainya.

Selain itu Seiring berjalanya waktu,Negara Dipa mulai sering disinggahi pedagang dari berbagai daerah seperti Bugis,Aceh,Sumbawa,Jawa,Bali,Madua,Kaling,Johor,dan Tiongkok.Hal ini disebabkan selain mempunyai komoditas yang cukup banyak,Negara Dipa yang berlokasi di tepi sungai dan mempunyai dua pelabuhan yang memiliki kondisi strategis di Muara Rampiau dan Muara Bahan.

Pada masa kepemimpinan kerajaan Dipa dibawah kekuasaan Raden Sari Kaburungan pusat pemerintahan dipindahkan dari Candi Agung (Amuntai), pusat pemerintahan ke Muara Ulak dengan alasan untuk menghindari bencana sebab ibukota yang lama dianggap sudah kehilangan tuahnya.

Selain pemindahan pusat pemerintahan,nama Kerajaan Negara Dipa juga diubah menjadi Negara Daha.Hal ini menandai diawalinya era baru dari Kerajaan yang mana akan menjadi Kesulanan Banjarmasin ini.

Dibawah kekuasaan Raden Sari Kaburungan,didirikan pelabuhan di daerah Kuta Arya Terengana,yang berada di pertemuan Sungai Barito dan Sungai Negara.Pelabuhan baru ini mengakibatkan aktivitas perdagangan semakin ramai.

Setelah Raden Sari Kabarungan wafat,penguasa kerajaaan Negara Daha terus berganti,hingga saat Maharaja Sukarama memerintah.Saat Maharaja Sukarama memerintah,ia mewasiatkan tahta kekuasaan Negara Daha kepada cucunya,Pangeran Samudra.Ketiga anaknya,Pangeran Mangkubumi,Pangeran Tumenggung,dan Pangeran Bagalung yang mendengar hal ini tidak setuju dengan wasiat tersebut.Maka setelah Maharaja Sukarama wafat,Pangeran Tumenggung mengambil alih gelar raja Negara Daha secara paksa dari Raden Samudra.

Raden Samudra yang kalah kemudian melarikan diri ke daerah di hilir Sungai Barito.Ia meminta perlindungan keapda orang Dayak Ngaju yang mendiami daerah yang disebut Banjar Oloh Masih dengan pemimpinya Patih Masih yang kemudian mengakui Pangeran Samudra sebagai pemimpin yang sah dari kerajaan Daha.

Di kediaman Patih Masih,Pangeran Samudra berupaya untuk menyusun strategi merebut Negara Daha dari tangan pamanya,Pangeran Tumenggung.Selain bantuan dari Patih Masih,ia juga meminta bantuan kepada Paih Balit,Patih Balitung,Patih Muhur,dan Patih Kuin.Para patih ini merupakan pemimpin dari daerah sekitar dimana Pangeran Samudra melarikan diri.Dengan bantuan dari beberapa Patih ini kemudian Pangeran Samudra mendirikan suatu kerajaan baru di Banjarmasin,kerajaan itu dinamakan Kerajaan Banjarmasin.

Walaupun sudah mendapat bantuan dari berbagai bantuan dari beberapa patih,Pangeran Samudra merasa bahwa dirinya masih harus mengumpulkan kekuatan yang lebih banyak dan kuat.Maka dari itu ia mengirim utusan ke Kesultanan Demak dengan harapan Demak akan memberikan bantuan.

Kesultanan Demak mengiyakan permintaan Pangeran Samudra,namun dengan syarat Pangeran Samudra beserta seluruh pengikutnya harus masuk Islam.Pangeran Samudra yang mendengar hal ini lalu menyetujui persyaratan ini.Setelah menyetujui persyaratan tersebut Kesultanan Demak mengirimkan 1.000 pasukan beserta dua orang penghulu yang akan metahbiskan Pangeran Samudra sebagai seorang sultan.Setelah berganti gelar menjadi Sultan Suryanullah,ia kemudian merubah nama kerajaanya menjadi Kesultanan Banjarmasin.

Setelah berhasil mengumpulkan kekuatan baru,ia kemudian menyerang dan berhasil mengalahkan Negara Daha yang berada dibawah pimpinan Pangeran Tumenggung.Dengan kemenangan dari Sultan Suryanullah ini,menandai bahwa Kesultanan Banjarmasin adalah penguasa baru di tanah Kalimantan Selatan.