“Saat ini kelihatanya ada yang sedang mengatur rencana membunuh Presiden Sukarno dan menggulingkan pemerintahan,”kata seorang perwira tentara RI pasca kemerdekaan berpangkat Mayor yang namanya tak disebutkan oleh K’tut Tantri dalam autobiografinya yang berjudul Revolt In Paradise.
Muriel Stuart Walker atau lebih dikenal dengan nama K’tut Tantri,adalah seorang perempuan berkebangsaan Amerika Serikat yang lahir di Skotlandia pada 18 Februari,1898.Ia kemudian memutuskan pindah ke Bali setelah mengaku terpesona setelah melihat film berjudul Bali,The Last Paradise.
Ia adalah wanita berkebangsaan asing yang sempat tinggal di bali dan kemudian membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia di Surabaya dengan cara menjadi seorang penyiar radio yang menyebarkan berita tentang perjuangan Indonesia dalam melawan penjajah.
Selain mengaku membantu gerarakan kemerdekaan di Surabaya,K’tut Tantri juga mengaku pernah mengagalkan usaha penggulingan atas Presiden Sukarno dari kursi kepemerintahan RI dalam autobiografinya.Seorang Mayor yang tak mau ia sebutkan dalam bukunya,meminta bantuanya untuk membuka kedok rencana penggulingan Presiden Sukarno oleh sejumlah orang yang tergabung dalam suatu komplotan.
Untuk membuka kedok komplotan ini,sang Mayor memberi informasi bahwa ada seorang wanita ningrat yang dapat dijadikan pembuka informasi mengenai komplotan ini.Wanita ningrat itu tak disebutkan namanya dalam buku,namun disebutkan bahwa ia adalah seorang antek Belanda yang percaya pada takhayul dan suaminya adalah seorang pria yang berporfesi sebagai pegawa tinggi bank milik Belanda di Bandung.
K’tut Tantri mengaku alasan ia dimintai bantuan untuk mengagalkan rencana pembunuhan ini adalah karena ia pernah ditangkap tentara Jepang karena diangggap sebagai mata-mata Amerika dan ia dikenal sebagai seseorang yang bisa meramalkan nasib.
Mayor itu sudah merencanakan rencananya sedemekian rupa,dari hal seperti bagaimana nama K’tut Tantri dapat sampai ke telinga wanita itu hingga bagaimana caranya agar pihak Amerika yang sebenarnya,tidak mengetahui apa-apa tentang rencana ini atau bahkan mengintervensi keberlangsunganya.
Beberapa hari kemdian,wanita itu menghubugi K’tut,lalu setuju untuk bertemu dengan dirinya di Hotel Merdeka yang sekarang bernama Hotel Inna Garuda,di kota Yogyakarta,dimana K’tut Tantri saat itu tinggal.
“Dari seorang kenelanya yang juga kenal padaku,ia mendengar bahwa aku pandai meramalkan nasib dengan kartu.Kerongkonganku terasa tersumbat karena kegugupanku.Namun dengan suara yang kuusahakan terdengar biasa-biasa saja,aku mengatakan bahwa tentu saja aku bisa.Aku mengundangnya minum the di tempatku keesokan harinya”,ucap K’tut Tantri dalam biografinya.
Lalu keesokanya mereka bertemu di Hotel,K’tut Tantri mengaku wanita itu termasuk salah satu wanita teranggun yang ia pernah temui di Pulau Jawa.Umurnya ia taksir sekitar 35 tahun,tubuh yang langsing dan memiliki suara yang merdu.
Mereka berdua kemudiang berbincang-bincang mengenai kehidupan di keraton dimana wanita ningrat itu berasal,dan kehidupan di Bali dimana K’tut Tantri pernah tinggal.Mereka membanding-bandingkan kebudayaan di Jawa dan Bali.Berbagai pertanyaan mengenai Amerika Serikat juga dilontarkan oleh wanita ningrat itu.Tak butuh waktu lama bagi keduanya untuk berbincang-bincang layaknya teman lama.
“Kehidupan anda tentunya membosankan dsini,”katanya.”Apa saja yang anda lakukan seharian?”,tanya wanita ningrat itu.K’tut lalu mengaku kepadanya selain jalan-jalan,ia juga gemar membaca,bermain kartu,dan juga membaca nasib orang menggunakan kartu.
Hal ini kemudian menarik perhatian wanita ningrat itu,sehingga kemudian K’tut memanfaatkan langkah wanita itu dengan cara mengaku mengenai pengalamanya menjadi tawanan Jepang di Surabaya,ia juga menambahkan kepada wanita itu bahwa ia memiliki seperangkat kartu bridge yang ia gunakan untuk meramal.