Peta Ini Ungkap Lewat Titik Mana Saja Limbah Manusia Memasuki Lautan

By Utomo Priyambodo, Jumat, 19 November 2021 | 17:00 WIB
Sampah di pantai. (Rich Carey/shutterstock)

Nationalgeographic.co.id—Perjalanan kita ke pantai mungkin tidak akan pernah sama lagi. Sebab, sebuah penelitian baru telah memetakan dampak kotoran manusia di wilayah pesisir.

Dalam studi baru ini, para peneliti menemukan bahwa air limbah dari tinja manusia telah memasukkan 6,2 juta metrik ton nitrogen ke dalam ekosistem pesisir per tahun. Sebanyak 63 persen nitrogen ini berasal dari sistem pembuangan limbah yang diolah, 5 persen dari sistem septik, dan 32 persen dari limbah yang tidak diolah, yaitu kotoran yang langsung dibuang ke laut.

Hanya 25 daerah aliran sungai yang menyumbang hampir setengah dari semua nitrogen air limbah ini. Daerah aliran sungai ini terutama terkonsentrasi di India, Korea, dan Tiongkok, dengan Sungai Yangtze yang terkenal tercemar di Tiongkok menyumbang 11 persen dari total dunia.

Di sebagian besar wilayah dunia, sebagian besar limbah menjalani beberapa pengolahan. Namun limbah mentah tetap menjadi masalah yang menonjol di negara-negara tertentu termasuk Tiongkok, India, dan sejumlah negara Afrika.

"Skala besarnya air limbah yang berdampak pada ekosistem pesisir di seluruh dunia sangat mengejutkan," kata para peneliti dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir IFL Science.

Halaman berikutnya...

"Tetapi karena kami memetakan masukan air limbah ke laut di lebih dari 130.000 daerah aliran sungai, hasil kami mengidentifikasi area prioritas target untuk membantu kelautan kelompok konservasi dan pejabat kesehatan masyarakat untuk bekerja sama dan mengurangi dampak air limbah di perairan pesisir di seluruh planet ini."

Untuk mencapai kesimpulan ini, para ilmuwan dari University of California, Santa Barbara, menggunakan pemodelan geospasial untuk memetakan input nitrogen dan patogen ke laut dari limbah untuk sekitar 135.000 titik di seluruh dunia.

Titik-titik pelepasan air limbah ke laut ini kemungkinan akan berdampak pada kesehatan masyarakat, terutama di daerah di mana aliran air limbah sangat parah. Selain itu, air limbah ini sangat mungkin juga memiliki efek keras pada kehidupan laut.

Baca Juga: LIPI Tawarkan Solusi untuk Masalah Limbah Masker Sekali Pakai

 

Peta konsentrasi nitrogen di pesisir dunia (A) dengan sisipan sorotan kondisi di Sungai Gangga (B), Danube (C), dan Chang Jiang atau Yangtze (D). (Tuholske et al., 2021, PLOS ONE, CC-BY 4.0)

Meskipun nitrogen dianggap sebagai nutrisi penting, nitrogen dalam jumlah besar bisa sangat berbahaya bagi lautan karena meningkatkan pertumbuhan alga yang berbahaya. Ledakan alga atau pertumbuhan alga yang pesat dapat mengakibatkan eutrofikasi dan zona mati laut, kondisi ketika makhluk-makhluk hidup di laut kesulitan mendapatkan oksigen dari permukaan laut karena tertutupi alga.

Para peneliti memetakan daerah mana saja dengan terumbu karang dan padang lamunnya yang memenuhi titik-titik panas keluaran nitrogen. Mereka menemukan pesisir dari Tiongkok, Kenya, Haiti, India, dan Yaman kemungkinan memiliki karang-karang yang terkena dampak pembuangan limbah.

Adapun titik-titik area dengan lamun yang terpapar limbah diidentifikasi di Ghana, Kuwait, India, Nigeria, dan Tiongkok. Mereka telah membuat peta untuk menunjukkan kumpulan titik-titik pembuangan limbah ke laut itu.

Baca Juga: Seperti Emas, Dahulu Kotoran Dinosaurus Diburu oleh Para Penambang

 

Peta yang memperlihatkan daerah mana saja yang terumbu karang dan padang lamunnya terpengaruh oleh air limbah. (Tuholske et al., 2021, PLOS ONE, CC-BY 4.0)

Bagaimanapun, menurut para peneliti, titik-titik yang terdeteksi ini mungkin hanya bagian dari puncak gunung es. Pembuangan limbah kemungkinan memiliki efek di seluruh ekosistem dunia yang lebih luas.

"Masukan air limbah patogen dan nitrogen ke lautan pesisir menghadirkan tantangan nyata bagi ekosistem pesisir, kesehatan masyarakat, dan ekonomi di seluruh planet ini," tulis para peneliti dalam laporan studi mereka.

"Di luar dampak langsung ini, hasil kami menunjukkan bahwa masukan air limbah cenderung berinteraksi dengan sejumlah besar penyebab stres antropogenik pada ekosistem pesisir, yang mengarah pada penurunan perikanan, hilangnya dan degradasi habitat, dan dampak kesehatan manusia," simpul para peneliti makalah studi yang terlah terbit dalam jurnal PLOS ONE ini.

Baca Juga: Penemuan Materi Baru yang Mampu Mengubah Limbah Panas Menjadi Listrik