“Kita menggunakan layar khusus dan empat sampai enam lampu tanpa optik. Namun, dari teknik bermain, sang dalang harus mengerti bahasa video-shooting karena jenis pencahayaan berbeda dengan pertunjukan lain,” papar pria kelahiran Lampung itu.
Tavip mengaku ingin menyuguhkan tontonan wayang yang menampilkan warna, bayangan, dan bentuk fisik.
“Dalam dunia pewayangan, unsur warna itu luar biasa. Berangkat dari itu, saya ingin memvisualkan wayang yang berfungsi sebagai bayangan tanpa menghilangkan unsur pewarna wayang. Jadi pertunjukan ini akan menguntungkan seniman perupa dan penonton juga bisa berimajinasi dengan bayangan wayang,” jelas Tavip.