Penelitian Ungkap Bahwa Fosil Evolusi Ular Purba Ini Lebih Mirip Kadal

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 19 November 2021 | 14:00 WIB
Hasil karya seniman merespon ular berkaki empat, Tetrapodophis amplectus. (Ilham Bagus Prastiko)

"Ada di suatu tempat dalam catatan fosil ular purba, mempunya bentuk leluhur yang masih memiliki empat kaki. Sudah lama diperkirakan bahwa seekor ular kaki empat akan ditemukan dalam bentuk fosilnya."

Dalam pengamatan mereka, meski sekilas diamati menyerupai kerangka ular yang berkaki dan telah lama dinanti temuannya, sejatinya T. amplectus bukanlah ular. Kesalahan karakterisasi anatomi dan morfologinya itu menjadi hasil laporan mereka.

"Sebaliknya, semua aspek anatominya konsisten dengan anatomi yang diamati pada sekelompok kadal laut yang punah dari periode Creaceous yang dikenal sebagai doilchosaurus," tambahnya. Petunjuk itu terungkap lewat batu tempat fosil pertama kali diekstraksi.

Menurutnya, ketika batu yang berisi fosil ini dipotong dan ditemukan, kerangka dan tengkorak berada di sisi yang berlawanan, dengan cetakan alami yang melestarikan bentuk untuk mengungkap identitas sejatinya.

Baca Juga: Temuan Sains Terbaru: Dua Spesies Kadal Tanpa Kaki Mirip Ular

Fosil ular berkaki yang ditemukan di Brazil, Tetrapodophis amplectus. (Ilham Bagus Prastiko)

Penelitian terdahulu dinilai mengabaikan cetakan alami ini, yang sebenarnya mempertahankan beberapa fitur untuk memperjelas bahwa fosil itu bukan ular yang lebih primitif. Apa yang dilakukan Caldwell dan tim menyajikan tinjauan ulang atas fosil itu.

Meski T. amplectus bukan ular yang memiliki empat kaki, fosil ini tetapi dihargai oleh para ahli paleontologi. Lantaran, ada banyak pelajaran untuk penelitian yang lebih teliti mengamatinya secara ilmiah, ungkap Tiago Simões, rekan peneliti dari Department of Organismic and Evolutionary Biology & Museum of Comparative Zoology, Harvard University.

Baca Juga: Paleontolog Temukan Kadal dan Ikan Purba Berusia 100 Juta Tahun

"Salah satu tantangan terbesar dalam mempelajari Tetrapodophis adalah bahwa itu merupakan salah satu fosil squamata (salah satu ordo reptil dalam klasifikasi sains) terkecil yang pernah ditemukan," ujarnya. "Ini sebanding dengan squamata terkecil yang hidup hari ini yang juga memiliki anggota badan yang menyusut."

Penelitian mengenai Tetrapodophis lebih sukar secara birokrasi, walau menarik untuk dipelajari. Simões menambahkan, regulasi pemindahan asli spesimen oleh pihak Brasil sejak publikasi tahun 2015, malah disimpan sebagai koleksi pribadi yang membuat para peneliti terbatas mengaksesnya.

"Situasi ini mendapat reaksi keras dari komunitas ilmiah," lanjutnya.

"Dalam deksripsi ulang Tetrapodophis, kami memaparkan status hukum penting dari spesimen itu dan menekan perlunya pemulangan ke Brasil. Tidak cuma sesuai dengan undang-undang Brasil, tapi juga perjanjian internasional dalam peningkatan upaya internasional untuk mengurangi dampak praktik kolonialis dalam sains." 

Baca Juga: Ular Berkaki Empat Kemungkinan Kadal di Era Dinosaurus