Pelan-pelan Andi (34) berjalan di antara karang dan pasir. Separuh kakinya sudah tenggelam dan ia terus berjalan menjauhi Pulau Tambelan di Bintan, Kepulauan Riau. Guru SMP di Tambelan itu hendak menunjukkan koloni terumbu karang yang kembali tumbuh di pesisir Tambelan.
Meski bukan penduduk asli Tambelan, Andi bangga bisa ikut menjaga dan menyaksikan terumbu karang kembali tumbuh di perairan Tambelan. Sampai beberapa tahun lalu, banyak koloni terumbu karang yang rusak oleh jaring, racun, dan bom ikan. Penangkapan yang tidak mempertimbangkan kelestarian lingkungan meluas di berbagai penjuru kepulauan di barat laut Kalimantan tersebut.
Terumbu karang banyak yang patah oleh pukat. Banyak pula yang mati terkena racun atau bom ikan. "Semua berubah menjadi abu-abu. Mati dan tidak bisa tumbuh lagi," ujarnya.
Pola penangkapan yang tidak lestari itu bertahan bertahun-tahun sehingga ribuan hektar terumbu karang rusak. Warga baru mulai sadar cara penangkapan yang salah itu setelah ikan semakin sedikit. Akibatnya, tempat penangkapan semakin jauh dari pulau. Kondisi yang tidak menguntungkan bagi nelayan dengan perahu-perahu kecil seperti di Tambelan.
Awalnya warga tidak tahu mengapa ikan semakin sedikit. Mereka baru mengerti setelah pemerintah bersama sejumlah lembaga memberi tahu bahwa ikan kehilangan habitat. Kerusakan terumbu karang membuat ikan tidak punya tempat berkembang biak.
Tidak hanya diberi pengertian, warga juga diajak memulihkan dan menjaga terumbu karang. Ajakan itu tidak segera diterima karena warga merasa tidak mungkin menghabiskan waktu untuk menjaga terumbu karang saja. Mereka butuh bekerja dan dapat penghasilan.
!break!Karena itu, Pemerintah Kabupaten Bintan dan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau menyediakan bantuan keramba jaring apung. Budidaya ikan itu paling rendah dampaknya terhadap kondisi asli lingkungan sekitar. Keramba ditaruh dekat-dekat pantai sehingga nelayan tidak perlu melaut jauh-jauh. Selain itu, diberikan pula bantuan perahu dan alat tangkap sehingga nelayan bisa melaut lebih jauh.
Setelah urusan penghasilan beres, warga bisa diajak menumbuhkan kembali dan menjaga terumbu karang. Konservasi memang harus melibatkan warga secara aktif. Sebab, warga yang sehari-hari berada di sekitar terumbu.
"Warga diajak memahami, tak mudah menumbuhkan kembali terumbu karang. Penambahan beberapa sentimeter butuh bertahun-tahun. Kalau laut tak dijaga, terumbu tidak bisa hidup lagi dan ikan tetap sulit berkembang," ujar Bupati Bintan Ansar Ahmad.
Kampanye dari sekolah
Sejak 12 tahun lalu, program merehabilitasi dan menjaga terumbu karang digalakkan di Kepulauan Tambelan. Warga diajak menanam tunas terumbu karang. Mereka juga diajak mengawasi perairan tempat tunas-tunas itu ditanam.
"Setelah bertahun-tahun, tunas-tunas itu mulai tumbuh. Namun, ajakan untuk menjaga terumbu karang dan perairan tempat tumbuhan tidak pernah berhenti disampaikan. Di sekolah juga disisipkan pesan itu," ujar Andi.
Tidak ada pelajaran khusus soal merawat laut dan terumbu karang. Namun, para guru menggunakan berbagai kesempatan untuk menyampaikan pesan soal menjaga laut dan terumbu karang.
"Sering ada pertanyaan, apakah masih ada yang membuang sampah di laut? Kalau ada yang menjawab masih, akan dijelaskan mengapa kebersihan laut harus dijaga. Dijelaskan kenapa sampah plastik dan bahan-bahan anorganik sebaiknya tidak dimasukkan ke laut," tuturnya.